Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 mengubah kehidupan kita, termasuk anak-anak. Bila biasanya anak-anak bermain di luar rumah bersama teman-teman, saat ini hal tersebut tidak bisa dulu dilakukan agar tidak tertular COVID-19.
Kondisi ini tentu tantangan ekstra bagi orangtua dalam membimbing anak seperti disampaikan Ketua Bidang Koordinasi Relawan Satgas COVID-19 Andre Rahadian dalam Seminar Nasional "Melindungi Kesehatan Jiwa Anak di Tengah Pandemi COVID-19” bertepatan dengan Hari Anak Nasional secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube Live (23/7/2021).
Advertisement
Berbicara mengenai perlindungan kepada anak, hal tersebut perlu dilakukan bersama-sama. Pertama, tentu saja orangtua yang bertanggung jawab dalam hidup dan tumbuh kembannya.
"Lalu, negara berkepentingan untuk mendayagunakan sumber daya dalam melindungi anak dan haknya, masyarakat berpartisipasi dalam menerapkan tanggung jawab orang tua dan kewajiban negara, dan yang terakhir anak itu sendiri sebagai subjek yang harus sadar mengenai hak-hak yang diterimanya,” kata Elvi Hendrani, Asisten Deputi Khusus Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Hadir juga secara virtual di kesempatan yang sama psikolog Seto Mulyadi yang mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Sayang, pandemi ini membuat belajar dan bermain juga ikutan menjadi daring.
Proses main dan belajar yang daring ini bisa membuat anak bosan. Alhasil, hasil belajar menjadi tidak optimal.
“Dampaknya anak-anak menjadi gelisah, susah tidur, bosan, malas belajar, dan suka marah," kata pria yang karib disapa Kak Seto itu.
Suasana Belajar Ramah Anak
Untuk menjawab permasalahan ini orangtua dan guru memegang peranan penting untuk mampu menciptakan suasana belajar yang lebih ramah anak serta membuat kurikulum pendidikan yang lebih berpihak pada hak anak.
Lebih jauh lagi, diharapkan orangtua dapat menjadi sosok idola anak dengan mencontohkan sikap dan perbuatan yang bijak dan positif sesuai dengan zamannya.
"Saya yakin kita semua dapat belajar. Setop kekerasan dalam dunia pendidikan dan wujudkan impian kondisi rumah yang ramah anak,” kata Kak Seto lagi.
Advertisement