Dua Olahraga yang Paling Sering Ada Kasus Kematian Jantung Mendadak

Sudden Cardiac Death atau kematian jantung mendadak kerap terjadi pada orang-orang terutama usai berolahraga. Tak hanya pada orang tua, kematian jantung mendadak juga bisa terjadi pada usia muda.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 26 Jul 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi Renang dan kematian jantung mendadak Credit: pexels.com/Jim

Liputan6.com, Jakarta Sudden cardiac death atau kematian jantung mendadak sering terjadi pada orang-orang terutama usai berolahraga. Tak hanya pada orang tua, kematian jantung mendadak juga bisa terjadi pada usia muda.

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Muhammad Fadil, kematian jantung mendadak sebagian besar terjadi setelah olahraga sepak bola dan renang.

“Bukan berarti setelah olahraga lainnya tidak bisa terjadi, tapi menurut penelitian sepak bola dan renang itu yang paling sering terjadi,” ujar Fadil dalam seminar daring RSPI pada Sabtu (24/7/2021).

Ia menambahkan, kedua olahraga ini jadi penyebab kematian jantung mendadak terbanyak karena dibutuhkan kapasitas fungsional dan kebugaran yang tinggi dalam melakukannya.

Risiko kematian jantung mendadak semakin tinggi ketika dalam melakukan olahraga ada nilai kompetitif yang diperjuangkan. Hal ini memicu adrenalin atau rasa ingin menang sehingga jantung dipaksa bekerja keras.

Simak Video Berikut Ini


Laki-Laki Lebih Berisiko

Laki-laki memiliki risiko 5 kali lipat lebih tinggi dari perempuan untuk mengalami kematian jantung mendadak setelah beraktivitas, lanjut Fadil.

 “Karena diyakini perempuan memiliki hormon estrogen yang mampu untuk paling tidak meredam terjadinya hal-hal seperti ini.”

Sementara itu, jantung koroner menjadi menjadi penyebab yang paling dominan dari terjadinya kematian jantung mendadak.


3 Faktor Penting

Dalam kesempatan yang sama, Fadil juga menyampaikan 3 faktor penting dalam terjadinya kematian jantung mendadak.

Ketiga faktor tersebut adalah faktor substrat (permukaan), faktor risiko, dan faktor pencetus.

Faktor substrat mencakup fibrosis, hipertrofi, dan perubahan fungsi saluran ion. Fibrosis berkaitan dengan banyaknya jaringan parut pada permukaan jantung sehingga membuat jantung kurang elastis atau kurang lincah dalam memompa.

Sedang, hipertrofi adalah otot-otot pada permukaan jantung yang mengakibatkan penebalan jantung dan membuat isi jantung menjadi lebih kecil.

Selanjutnya, faktor risiko atau faktor yang meningkatkan potensi kematian jantung mendadak adalah jenis kelamin yakni laki-laki, diabetes, merokok, genetik, gangguan irama jantung, gangguan ginjal, dan obstructive sleep apnea.

Sementara, faktor pencetus kematian jantung mendadak mencakup berbagai penyakit pada jantung. Seperti, gagal jantung, iskemia miokard (penyempitan pembuluh darah koroner), infeksi miokard (jantung membesar akibat infeksi), gangguan elektrolit (kurang cairan/dehidrasi), dan stres.

 


Infografis Jantung Kemkes

Infografis jantung kemkes

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya