Liputan6.com, Jakarta Penelitian untuk lebih memahami SARS-CoV-2 terus berlanjut. Sebuah studi baru menyoroti seberapa besar kemungkinan hewan peliharaan terinfeksi. Khususnya, penelitian menemukan bahwa kucing lebih rentan daripada anjing terhadap virus yang menyebabkan COVID-19, demikian dilansir dari laman Science Alert, Sabtu (24/7/2021).
Para ilmuwan menganalisis serum darah dari 239 kucing dan 510 anjing peliharaan yang dikumpulkan antara pertengahan April dan pertengahan Juni 2020, untuk mencari antibodi yang mengindikasikan infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya.
Advertisement
Hasil penelitian menunjukkan 8% kucing terindikasi memiliki antibodi terinfeksi SARS-CoV-2, tetapi kurang dari 1% anjing tertular COVID-19. Hal ini menunjukkan bahwa virus dapat ditularkan antar spesies, dan kucing lebih berpotensi tertular dan terinfeksi daripada anjing.
“Karena hewan pendamping dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular, menentukan seberapa rentan dua spesies hewan peliharaan paling populer di Amerika Serikat terhadap SARS-CoV-2 – dan seberapa lazim penyakit itu di antara mereka – dapat memiliki dampak yang signifikan untuk kesehatan manusia dan hewan,” ujar ahli biologi molekuler Hinh Ly dari University of Minnesota.
Temuan ini hanyalah sebagian dari gambaran besar yang mulai dikumpulkan para peneliti menyangkut hewan dan COVID-19. Meskipun diketahui hewan peliharaan dapat terinfeksi, kemungkinan mereka menjadi sakit tampaknya rendah.
“Saya masih sedikit terkejut bahwa kucing sangat mudah terinfeksi dan jarang menunjukkan tanda-tanda penyakit," kata peneliti biomedis, Angela Bosco-Lauth, dari Colorado State University, yang tidak terlibat dalam studi baru tersebut, kepada New York Times.
Kita Mungkin Menularkan COVID-19 ke Peliharaan
Tampaknya tidak mungkin hewan dapat menularkan SARS-CoV-2 ke manusia. Di sisi lain, kita justru mungkin dapat menularkan virus ke hewan peliharaan saat sedang berada di dekat mereka. Jadi, memeluk kucing atau anjing saat sedang terinfeksi COVID-19 adalah ide yang buruk.
Dalam studi baru ini, para peneliti tidak dapat melihat secara rinci mengapa kucing mungkin lebih rentan terhadap infeksi daripada anjing. Protein ACE2 pada kucing – yang lebih mirip dengan protein ACE2 manusia daripada yang setara dengan anjing – dapat bertindak sebagai reseptor untuk virus COVID-19 dan menjadi alasannya.
Serum darah yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan secara anonim, sehingga para peneliti tidak dapat melihat faktor-faktor seperti apakah hewan tersebut sebagian besar hidup di luar ruangan atau di dalam ruangan, atau apakah ada bukti penularan antar hewan peliharaan.
Tim saat ini sedang mengerjakan studi lanjutan mencakup bulan-bulan terakhir tahun 2020, ketika jumlah kasus COVID-19 pada manusia di daerah tersebut jauh lebih tinggi. Studi ini akan memberikan banyak data yang berguna tentang bagaimana SARS-CoV-2 dapat menyebar, dan bagaimana hal itu dapat dikendalikan dengan lebih baik di masa depan.
"Hasilnya akan membantu memperjelas prevalensi penularan lintas spesies Virus Corona COVID-19 ini di antara hewan peliharaan dan pemiliknya," kata ahli virologi molekuler Yuying Liang, dari University of Minnesota.
Reporter: Ielyfia Prasetio
Advertisement