Pandemi Covid-19 Mengganas, Jangan Pernah Rahasiakan Utangmu ke Istri atau Suami

keterbukaan keuangan di dalam keluarga semakin penting di tengah pandemi Covid-19 yang semakin mengganas.

oleh Tira Santia diperbarui 26 Jul 2021, 08:30 WIB
Buat kamu yang masih mahasiwa, coba deh ikuti tips mengelola keuangan berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 di Indonesia telah menyebabkan lebih dari 70 ribu orang di Indonesia meninggal dunia.  Banyak keluarga kehilangan orang-orang tersayang dan pencari nafkah di keluarga.

Cepatnya tingkat penyebaran varian baru virus ini harus diantisipasi oleh setiap individu, termasuk konsekuensinya dalam hal keuangan rumah tangga. Kehilangan pencari nafkah di keluarga secara mendadak kerap kali membuat anggota keluarga yang ditinggalkan mengalami kebingungan secara ekonomi.

Rahasia keuangan rumah tangga yang disimpan oleh pencari nafkah membuat harta yang dimiliki tidak bisa diakses, sementara seringkali tagihan utang berdatangan.

Penasihat untuk Wealth and Asset Management Indonesia (WAM Indonesia) Legowo Kusumonegoro mengatakan, keterbukaan keuangan semakin penting di tengah pandemi yang semakin mengganas.

Dalam rumah tangga, terkadang suami dan istri tidak bicara secara terbuka soal keuangan. Ada rahasia keuangan yang disimpan dari pasangan walaupun kadang-kadang suami atau istri memilih untuk bercerita ke saudara atau teman dekat.

Tidak transparannya pengelolaan harta dan utang dapat semakin diperburuk dengan pengambilan utang yang tidak perlu persetujuan pasangan, misalnya kredit tanpa agunan (KTA), pinjaman online (pinjol), atau utang kartu kredit.

Di masa pandemi yang mengganas, sikap tertutup dalam hal keuangan rumah tangga akan membawa dampak serius ketika salah satu pihak meninggal dunia. Setiap rumah tangga sebaiknya siap mengantisipasi keadaan yang terburuk di tengah pandemi. 

Walau terasa berat di awal karena tidak terbiasa, namun suami istri harus mulai terbuka dan jangan menyimpan sendiri rahasia keuangan keluarga. 

Penting sekali untuk meminta izin pasangan sebelum mengambil utang baru karena pada banyak kasus, beban utang akan diwariskan ke pasangan yang masih hidup. Jika ada tanggungan utang lama, buat catatan yang berisi daftar nama pemberi utang, jumlah cicilan beserta tanggal jatuh temponya.

Tunjukkan catatan ini ke pasangan dan diskusikan. Beban utang ini adalah tanggungan bersama, pasangan dan mungkin anak-anak harus tahu, dan jika perlu melakukan penyesuaian gaya hidup agar beban utang tersebut bisa segera dilunasi tanpa perlu ada tambahan utang baru. 

Demikian pula halnya dengan harta. Buat catatan dan kumpulkan beragam dokumen yang menjadi bukti kepemilikan aset rumah tangga. Seluruh bukti kepemilikan investasi di reksa danam saham, obligasi, polis asuransi, buku tabungan, sertifikat deposito, sertifikat rumah, bukti kepemilikan kendaraan, emas, crypto currency, dan lain sebagainya sebaiknya disimpan dalam satu folder khusus. 

Catatan PIN untuk ATM, mobile banking, e-mail, hand phone, online platform investasi, safe deposit box, dan lain sebagainya milik suami dan istri sebaiknya disimpan secara khusus dan diketahui tempat penyimpanannya oleh masing-masing pihak.

Jangan sampai harta yang sudah disimpan tidak bisa diakses oleh pasangan dan anak jika diperlukan karena dirahasiakan sendiri.  

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kesetaraan dalam rumah tangga

Ilustrasi liburan keluarga. (Photo by Juan Cruz Mountford on Unsplash)

Catatan keuangan berupa pemasukan dan pengeluaran rutin menjadi semakin penting di saat pandemi semakin mengganas. Di saat seperti ini, baik suami maupun istri harus tahu cara mengelola keuangan rumah tangga. 

Suami atau istri yang lebih paham dan biasa mengelola keuangan rumah tangga harus mau membantu pasangannya untuk mengejar ketinggalannya, agar keduanya bisa mengelola keuangan rumah tangga dengan baik. 

Peran suami dan istri harus disejajarkan, agar siap dan bisa mengelola keuangan jika salah satu pihak harus menjalani perawatan intensif atau meninggal dunia.  Berbagai risiko ini harus dibahas bersama, jangan malah dihindari dengan alasan tabu, termasuk diskusi mengenai alternatif mata pencaharian baru jika kehilangan pencari nafkah.   

Tidak butuh waktu lama untuk melakukan pendataan beban utang dan harta rumah tangga, tetapi dibutuhkan niat untuk mulai terbuka tentang masalah keuangan dengan pasangan dan anak-anak.  Keterbukaan ini akan membawa manfaat terutama di saat darurat seperti di tengah pandemi yang mengganas. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya