Harga Emas Diperkirakan Tertekan Pekan Ini, Jatuh Sampai Berapa?

Ekonomi AS telah membaik sehingga mendorong pasar ekuitas kembali ke rekor tertinggi. Hal ini menjadi tekanan yang keras untuk harga emas.

oleh Tira Santia diperbarui 26 Jul 2021, 06:30 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan mengalami tekanan pada perdagangan pekan ini. Banyak sentimen yang membuat harga emas melemah seperti perkembangan suku bunga secara global hingga nilai tukar dolar AS.

Pada pekan kemarin, Bank Sentral Eropa menegaskan bahwa tetap berada pada komitmennya untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra longgar untuk mendorong angka inflasi kembali ke level 2 persen.

komitmen dari Bank Sentral Eropa untuk mendorong angka inflasi ke angka yang lebih tinggi ini sangat kontrak dengan kebijakan dari Bank Sentral AS atau the Fed. Bank Sentral AS saat ini tengah membicarakan mengenai pengurangan program pembelian obligasi.

Analis Equiti Capital David Madden menjelaskan, dolar AS terlihat relatif undervalued di tengah kesenjangan kebijakan moneter antara the Fed dan Bank Sentral AS. Dia mengatakan bahwa harga emas harus terus berjuang keras menghadapi penguatan dolar AS.

Madden menambahkan, ekonomi AS telah membaik sehingga mendorong pasar ekuitas kembali ke rekor tertinggi. Hal ini menjadi tekanan yang keras untuk harga emas.

"Mengapa Anda harus menaruh uang di pasar emas ketika Anda dapat menggunakannya di ekuitas," katanya dikutip dari Kitco, Senin (26/7/2021).

Minggu ini 15 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Sebanyak sembilan analis atau 60 persen menyerukan harga emas turun minggu ini. Sedangkan dua analis atau 13 persen memperkirakan harga yang lebih tinggi minggu ini dan empat analis atau 27 persen memperkirakan perdagangan sideways dalam waktu dekat.

Sementara itu, 571 suara diberikan dalam polling online Main Street. Dari jumlah tersebut, 315 responden atau 55 persen mengatakan bahwa harga emas akan naik minggu ini. Sebanyak 146 suara 26 persen mengatakan harga emas bakal melemah dan 110 pemilih atau 19 persen netral.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kata Analis

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Meskipun sebagian besar pelaku pasar berharap harga emas bakal menguat tetapi minat beli pada logam mulia emas jelas berkurang. Partisipasi pelaku pasar dalam survei online Kitco berada pada titik terendah sejak akhir November 2019.

Berbagai sentimen mempengaruhi harga emas jelang minggu terakhir pada bulan ini. Harga emas berjangka untuk pengiriman Agustus diperdagangkan pada USD 1.804,70 per ounce, Angka tersebut turun 0,5 persen sejak Jumat lalu.

Kinerja emas lesu akhir-akhir ini telah menjadi alasan yang cukup untuk menjadi bearish pada perdagangan pekan ini. Harga emas tidak mampu memutus rantainya di USD 1.800 per ounce bahkan saat imbal hasil obligasi 10-tahun turun ke titik terendah sejak Februari.

Saat ini, imbal hasil obligasi telah naik dari angka terendah. Beberapa analis mengatakan bahwa harga emas bisa jatuh di bawah USD 1.800 per ounce.

"Saya cenderung melihat harga emas lebih rendah minggu ini, sebagian besar didorong oleh meningkatnya imbal hasil AS," kata Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex Marc Chandler.

Kepala anais SIA Wealth Management Inc Colin Cieszynski mengatakan, harga emas akan berada di posisi terendah Juni di USD 1.760 sebagai level support utama.

Manajer Umum ABC Bullion Nicholas Frappell melanjutkan, harga emas terjebak dalam kisaran dengan risiko penurunan dalam waktu dekat karena meningkatnya momentum dalam dolar AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya