Liputan6.com, Jakarta - Keberhasilan China dalam mengembangkan mengembangkan Mata Uang Digital Bank Sentral (Central Bank Digital Currency (CBDC), dinilai menimbulkan tantangan besar bagi status dolar AS sebagai cadangan moneter de facto.
Dilansir dari CNBC, Senin (26/7/2021), China telah meluncurkan Yuan Digital kepada lebih dari satu juta warga China, sementara AS masih fokus pada penelitian.
Advertisement
Dua kelompok yang ditugaskan untuk penelitian ini di AS, yakni MIT Digital Currency Initiative (DCI) dan Federal Reserve Bank of Boston, sedang mengurai seperti apa mata uang digital yang sesuai bagi orang Amerika Serikat. Privasi adalah perhatian utama.
"Saya pikir jika ada dolar digital, privasi akan menjadi bagian yang sangat, sangat penting dari itu. Amerika Serikat sangat berbeda dari China,” kata Neha Narula, direktur MIT Digital Currency Initiative.
Kekhawatiran lainnya adalah terkait aksesibilitas uang digital. Menurut Pew Research Center, 7 persen orang Amerika Serikat mengatakan mereka tidak menggunakan internet. Kelompok ini kebanyakan berasal dari masyarakat Amerika Serikat yang telah menginjak usia lanjut.
Selain itu, ada pula penyandang disabilitas yang mengatakan, mereka tidak pernah berjejaring. Itu adalah bagian dari apa yang sedang diteliti MIT.
“Sebagian besar pekerjaan yang kami lakukan mengasumsikan bahwa CBDC akan hidup berdampingan dengan uang tunai fisik dan pengguna masih dapat menggunakan uang tunai fisik jika mereka mau,” kata Narula.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Yuan Digital Jadi Ancaman
Gagasan CBDC di AS sebagian ditujukan untuk memastikan dolar AS tetap menjadi pemimpin moneter dalam ekonomi dunia. Namun, Darrell Duffie, profesor keuangan di Sekolah Pascasarjana Bisnis Universitas Stanford menilai Amerika Serikat seharusnya tidak bergantung pada kepemimpinannya saat ini.
"Ini harus mendorong ke depan dan mengembangkan strategi yang jelas untuk bagaimana tetap sangat kuat dan memanfaatkan kekuatan dolar," kata Darrell Duffie.
Sementara lainnya menilai kemunculan yuan digital sebagai sesuatu ancaman yang berbahaya. China dinilai akan mengekspor sikap otoriternya di sektor teknologi digital.
"Yuan digital adalah ancaman terbesar bagi Barat yang kami hadapi dalam 30-40 tahun terakhir. Ini memungkinkan China untuk mendapatkan cakar mereka ke semua orang di Barat dan memungkinkan mereka untuk mengekspor otoritarianisme digital mereka," kata Kyle Bass dari Hayman Capital Management.
Advertisement