Carina Joe, Perempuan Muda Indonesia yang Ikut Kembangkan Vaksin AstraZeneca

Selain Indra, ada sosok penting lain dari Indonesia dalam pengembangan vaksin AstraZeneca. Dia adalah peneliti perempuan, doktor Carina Joe.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 26 Jul 2021, 19:09 WIB
Tenaga kesehatan mengambil serum vaksin AstraZeneca sebelum diberikan kepada peserta di Sentra Vaksinasi Covid-19, GOR Kemayoran, Jakarta pada Kamis (3/6/2021). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Selain Indra Rudiansyah, ada juga peneliti perempuan Indonesia yang turut mengembangkan vaksin AstraZeneca. Dia adalah Carina Joe.

Bernama lengkap Carina Citra Dewi Joe, wanita Indonesia ini tergabung dalam tim Jenner Institute pimpinan Sarah Gilbert dalam uji klinis vaksin AstraZeneca.

Dalam tim, wanita yang sudah meraih gelar Doktor ini merupakan ilmuwan utama dalam proses manufaktur AstraZeneca.

Kepada Duta Besar RI untuk Inggris Raya, Desra Percaya, Carina menjelaskan proses panjang ketika mengembangkan vaksin yang kini sudah dipakai di lebih dari 170 negara.

Ketika mendapatkan proyek uji klinis vaksin COVID-19, Carina merasa dapat tanggung jawab besar mengingat hal tersebut bakal berpengaruh secara global. Terlibat dalam proyek yang dipimpin Sarah Gilbert, Carina mengaku senang dan sulit.

"Bekerja 7 hari seminggu dan per hari bekerja 12 jam. Itu setiap hari tanpa libur selama 1,5 tahun," kata Carina.

Namun, dia kini amat senang karena kerja keras mati-matian membuahkan hasil. Bahkan, banyak nyawa yang berhasil diselamatkan dengan kehadiran vaksin AstraZeneca yang sudah digunakan ratusan juta penduduk dunia.

"Senangnya, karena vaksin Oxford-AstraZeneca ini sudah disetujui di 178 negara. Dan sampai awal Juli sudah diproduksi 700 juta dosis. Dan, saya terima statistika bahwa ada puluhan ribu nyawa diselamtkan," kata Carina.

"Saya senang hasil kerja saya kelihatan hasilnya," kata Carina dalam ngobrol santai bersama Desra pada Minggu, 25 Juli 2021 lewat IG live @desrapercaya.

 


Jawab Keraguan soal Vaksin COVID-19

Indra (kiri bawah) dan Carina Joe (kanan bawah) dua anak muda Indonesia yang turut kembangkan vaksin AstraZeneca. (Foto: Screenshoot IG @desrapercaya)

Carina paham banyak masyarakat yang khawatir soal keamanan vaksin COVID-19. Pada pengembangan vaksin pada umumnya 10 hingga belasan tahun. Namun, vaksin AstraZeneca bisa dibuat dalam waktu 1,5 tahun.

Meski begitu semua dilagukan sesuai peraturan berlaku.

"Kita bukan ambil shortcut atau jalan pitnas. Kita melakukan prosesnya by the book alias ssuai peraturan yang berlaku," katanya.

 


Kejar Cita-Cita

Carina kecil bercita-cita menjadi dokter atau insyinyur. Cita-cita standar katanya sambil tertawa. Namun, pada saat SMA ia mulai memiliki ketertarikan pada bidang bioteknologi terutama tentang manipulasi genetika. Misalnya ketika mengubah warna kulit ikan, suatu hal yang bisa terjadi karena manipulasi genetika.

"Saat itu di Indonesia belum banyak jadi saya studi ke luar negeri," ceritanya.

Kemudian ia melanjutkan pendidikan master di Australia. Di sana ia sempat menjadi peneliti di Commonwelath Scientific and Industrial Research Organization, Melboune Australia pada November 2012-Agustus 2019.

Kemudian ia juga mendapat kesempatan beasiswa di Oxford University hingga akhirnya mendapat gelar PhD.

Ia juga berpesan kepada perempuan Indonesia agar tidak takut mengejar mimpi. Terus berjuang selama ada kemauan.

 


Infografis

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya