Liputan6.com, Padang - Tingginya kasus Covid-19 di Sumatera Barat, dinilai merupakan sebuah kegagalan kepala daerah dalam menangani wabah yang merebak sejak akhir Maret 2020 di provinsi ini.
Ahli Epidemiologi Universitas Andalas, Defriman Djafri mengatakan, dalam ilmu pencegahan, gubernur sebagai remote control, selaku pengambil kebijakan sudah gagal.
"Bagaimana pun penanganan Covid-19 tanggungjawabnya berada di pemerintah, di Sumbar saya melihat kebijakan-kebijakan yang diambil tak mampu menekan peningkatan kasus," katanya, Senin (26/7/2021).
Kasus-kasus yang ada dan melonjak saat ini, tak terlepas dari mobilitas penduduk dalam rangkaian mudik lebaran Idul Fitri 2021 yang diikuti libur sekolah dan lebaran Idul Adha.
Defriman memandang, pembatasan yang dilakukan dari mudik lebaran Idul Fitri 2021 tidak efektif dilakukan. Di sisi lain, dampak ekonomi juga luar biasa terhadap pembatasan ini.
Baca Juga
Advertisement
Masyarakat dan petugas di lapangan, lanjutnya juga tidak paham apa sebenarnya tujuan dan apa yangg akan diawasi atau ditegakkan ketika pembatasan itu diterapkan.
Kondisi ini, juga diikuti dengan orang-orang mencari akal untuk menembus atau melanggar aturan tersebut.
"Kalau disadari, muaranya cuma satu yakni masyarakat kita tidak paham, dan ini tugas pemerintah bagaimana meyakinkan masyarakat," jelasnya.
Karena kalau tidak, kata Defriman maka yakinlah yang dikerjakan saat ini untuk menangani kasus Covid-19, akan dilakukan lagi tahun depan. Artinya semua upaya akan sia-sia jika pemerintah tak mampu memberi pemahaman itu.
Untuk itu, ia berharap pemerintah sebaiknya mempersiapkan masyarakat untuk cepat beradaptasi dengan cerdas. Itulah yang seharusnya menjadi fokus pemerintah.
"Ini sudah panik pandemi, kita sama-sama tahu kalau alarm hilir sudah berbunyi, tenaga kesehatan dan RS kita tidak ada yang siap," ujarnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Manjemen Data Berantakan
Selain itu, sebagai ahli epidemiologi, Defriman tidak mau berasumsi bahwa varian delta sudah masuk ke Sumbar, karena belum ada bukti yang valid hasil uji laboratorium.
Namun beberapa kasus yang diinvestigasi pihaknya, penularan banyak terjadi di komunitas dalam hal ini adalah keluarga.
"Kemungkinan masuknya varian delta pasti ada, namun sejauh ini Sumbar belum melakukan uji laboratorium," sebutnya.
Di sisi lain, Defriman sedang merampungkan manajemen dan analisis data lengkap 46.000 lebih kasus Covid-19 dari awal pandemi sampai 7 Juni 2021.
Tidak dipungkiri, lanjutnya manajemen data dan coding data Covid-19 Sumbar agak berantakan selama ini, baik terkait riwayat penyakit dan komorbid, riwayat perjalanan, kontak sampai pelaporan.
Advertisement
Perkembangan Kasus Covid-19
Sejak merebaknya kasus corona di Sumbar pada akhir Maret 2020, puluhan ribu kasus positif sudah tercatat hingga saat ini.
Hingga Senin, 26 Juli 2021 jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 66.317 kasus, dengan kasus aktif 10.839 atau 16,34 persen.
Juru bicara Satgas Covid-19 Sumbar, Jasman Rizal mengatakan dari total kasus positif itu, sebanyak 81,53 persen atau 54.070 orang sudah dinyatakan sembuh.
"Total positivity rate mencapai 11,59 persen," sebutnya.
Sedangkan, jumlah pasien meninggal kini sebanyak 1.408 orang. Ia mengimbau masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan.