Alga Cokelat Melimpah di Pesisir Selatan Garut, Berkah Warga untuk Industri Kecantikan

Tumbuhan alga cokelat banyak dicari sebagai bahan utama pembuatan kosmetik.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 28 Jul 2021, 10:00 WIB
Empat, salah satu nelayan di pantai Cikoreang, Desa Sancang, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat tengah menjemur sasaripan atau alga cokelat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pasokan melimpah alga cokelat (Phaeophyta) di pesisir pantai selatan Garut, membuat warga ketiban berkah. Pasalnya alga cokelat banyak dicari sebagai bahan utama pembuatan kosmetik.

"Tahun ini yang paling banyak sasaripan (alga cokelat) ini, sementara kalau untuk agar-agar belum tumbuh banyak," ujar Empat (55), salah satu nelayan setempat, Selasa (27/7/2021).

Warga di sepanjang pantai selatan Garut menyebutnya sasaripan. Tanaman laut ini memang sedang melimpah. Terhitung sejak Januari lalu, potensi alga cokelat ini lebih banyak dibanding tanaman laut lainnya.

"Tahun lalu yang banyak agar-agar, saat ini justru sasaripan ini," ujar Empat.

Biasanya alga cokelat dibawa pengepul untuk diserap beberapa pabrik pupuk, serta farmasi untuk kebutuhan pembuatan kosmetik. "Kalau dari sini lebih banyak dibawa ke Surabaya untuk bahan kosmetik," kata dia.

Hal senada disampaikan Jae, nelayan lainnya. Saat ini harga alga cokelat basah hasil nelayan dihargai Rp250 per kilogram, sementara dalam kondisi kering hasil pencemuran, harga serap dihargai berlipat. "Biasanya kalau kering dihargai Rp 1.500 per kilogram," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Faktor Penyinaran Matahari

Empat, salah satu nelayan di pantai Cikoreang, Desa Sancang, Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat tengah menjemur sasaripan atau alga cokelat.(Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Saat ini rata-rata hasil panen nelayan di pantai Cikoreang, Desa Sancang, Kecamatan Cibalong ini berkisar antara 7-8 kuintal dalam keadaan basah per hari hari, namun kondisi itu menyusut hingga 50 persen lebih setelah pengeringan.

"Biasanya kalau sudah satu truk atau (5-6 ton) baru diambil pengepul," katanya.

Selain pasokan yang melimpah, penyinaran matahari pun menjadi salah satu faktor kesuksesan warga sekitar, meraih cuan rupiah.

"Kalau hujan terus pengeringan lebih lama, capek juga jika gak kering-kering jadi semakin lama menjualnya," ujar dia.

Di tengah himpitan ekonomi terutama saat PPKM Level 3 ini berlangsung, ia berharap harga serapan sasaripan atau alga coklet sebagai bahan baku industri kecantikan ini bisa lebih baik lagi.

"Minimal bisa Rp 2.000 per kilogram sudah lumayan," ujar dia sambil tersenyum ramah.

Seperti diketahui Alga atau ganggang cokelat (Phaeophyta), alga pirang, atau Phaeophyceae merupakan salah satu jenis dari alga Heterokontophyta. Alga ini dominan mengandung pigmen cokelat (xantofil), klorofil a dan c, sehingga menyebabkan warna talusnya coklat.

Cadangan makanannya disimpan dalam bentuk laminarin. Umumnya, ganggang cokelat bersel banyak (multiseluler). Bentuk tubuhnya menyerupai akar, batang, dan daun sehingga membuat ganggang ini mudah untuk dikenali.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya