Liputan6.com, New York - Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada Senin (26/7) menandatangani perjanjian yang secara resmi mengakhiri misi tempur AS di Irak pada akhir 2021, lebih dari 18 tahun setelah pasukan AS dikirim ke negara itu.
Ditambah dengan penarikan Joe Biden dari pasukan Amerika terakhir di Afghanistan pada akhir Agustus, presiden Demokrat sedang menyelesaikan misi tempur AS dalam dua perang yang dimulai oleh Presiden George W Bush di bawah pengawasannya. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Selasa (27/7/2021).
Advertisement
Biden dan Kadhimi bertemu di Ruang Oval untuk pembicaraan tatap muka pertama mereka sebagai bagian dari dialog strategis antara Amerika Serikat dan Irak.
"Peran kami di Irak akan ... tersedia, untuk terus melatih, membantu, membantu dan menangani ISIS saat muncul, tetapi kami tidak akan, pada akhir tahun, di misi tempur," kata Joe Biden kepada wartawan saat dia dan Kadhimi bertemu.
Saat ini ada 2.500 tentara AS di Irak yang fokus melawan sisa-sisa ISIS. Peran AS di Irak akan beralih sepenuhnya ke pelatihan dan menasihati militer Irak untuk mempertahankan diri.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Misi Kalahkan ISIS
Pergeseran ini diperkirakan tidak akan berdampak besar karena Amerika Serikat telah bergerak ke arah fokus pada pelatihan pasukan Irak.
Sebuah koalisi pimpinan AS menginvasi Irak pada Maret 2003 berdasarkan tuduhan bahwa pemerintah pemimpin Irak saat itu Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Saddam digulingkan dari kekuasaan, tetapi senjata semacam itu tidak pernah ditemukan.
Dalam beberapa tahun terakhir misi AS didominasi dengan membantu mengalahkan militan ISIS di Irak dan Suriah.
"Tidak ada yang akan menyatakan misi tercapai. Tujuannya adalah kekalahan abadi ISIS," kata seorang pejabat senior pemerintah kepada wartawan menjelang kunjungan Kadhimi.
Advertisement