Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia sejak akhir Juni lalu telah mendorong Pemerintah untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat pada kegiatan masyarakat. Pemantauan dan evaluasi dinamika di lapangan terus dilakukan untuk dapat memberikan respons yang optimal. Program vaksinasi juga terus di akselerasi untuk segera mencapai tujuan herd immunity.
Saat ini, jumlah suntikan yang diberikan telah mencapai 64,13 juta dosis, terdiri dari 45,5 juta dosis pertama dan 18,6 juta orang menerima dosis kedua. Pemerintah akan terus mempercepat pelaksanaan vaksinasi dengan memperkuat koordinasi secara lebih intensif dengan Pemerintah Daerah.
Advertisement
Dari sisi ekonomi, momentum pemulihan ekonomi diharapkan dapat segera kembali menguat. Penguatan permintaan domestik yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen Juni 2021 yang berada di level 107,4 dan diharapkan tetap berada di level optimis.
Pada saat yang sama penguatan ini juga diharapkan dapat direspon oleh produsen dengan menjaga aktivitas produksinya agar tetap berada di level ekspansif, seperti yang tercermin dari Indeks PMI Manufaktur sejak November 2020.
Melalui refocusing anggaran Program PEN 2021 menjadi sebesar Rp744,75 Triliun, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan program Kesehatan dan Perlindungan Sosial dalam menjaga daya beli dan meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat.
Program Insentif Usaha, Dukungan UMKM dan Korporasi, serta Program Prioritas juga akan terus diberikan sebagai bagian dari Program PEN dengan tujuan menjaga keberlangsungan dunia usaha, termasuk emiten yang ada di pasar modal.
"Pemulihan yang tengah berlangsung di sepanjang tahun 2021 ini telah berkontribusi terhadap perbaikan kinerja emiten,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Webinar Berita Satu yang bertemakan “Tahun Kebangkitan Emiten” di Jakarta (27/7/2021), dikutip dari keterangan tertulis.
Surplus neraca perdagangan yang telah berlangsung selama 14 bulan berturut-turut serta defisit transaksi berjalan yang terjaga dengan baik turut memperkuat resiliensi ekonomi Indonesia terhadap pandemi COVID-19. Pada saat yang bersamaan, nilai tukar dan IHSG telah membaik dibandingkan awal pandemi 2020.
Masing-masing berada di level Rp14.493,00/USD dan 6.101 per 25 Juli 2021. Capaian ini didukung oleh optimisme investor terhadap perekonomian Indonesia, tercermin dari aliran modal asing yang telah kembali masuk sebesar USD1,4 miliar sepanjang 2021.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Peran Pasar Modal
Capital inflow sepanjang 2021 telah memperkuat fundamental pasar saham, dengan kapitalisasi pasar saham tumbuh mencapai Rp7.172,00 Triliun per 21 Juli 2021.
Sebanyak 26 emiten baru telah melakukan IPO pada 2021 sehingga turut berkontribusi memperkuat supply pasar saham. Sementara itu, basis investor yang telah tumbuh positif mencapai 5,6 juta investor telah memperkuat demand pasar saham di tengah pandemi COVID-19.Ia menuturkan, pasar modal dan pasar saham mempunyai peranan yang sangat krusial terhadap pemulihan ekonomi.
"Optimisme yang terjaga pada seluruh emiten akan memberikan kontribusi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia,” ujar dia.
Pemerintah memproyeksikan ekonomi Indonesia akan rebound pada 2021 dengan laju pertumbuhan di kisaran 3,7 persen-4,5 persen.
Pemerintah juga telah memberikan dukungan berupa Program Penempatan Dana dan Penjaminan Kredit untuk mendorong kinerja sektor riil, termasuk emiten di pasar modal.
Diharapkan melalui dua program ini, perbankan mampu meningkatkan penyaluran kredit ke sektor riil. Hingga 9 Juli 2021, Bank Himbara, Bank Syariah dan BPD telah menyalurkan kredit sebesar Rp.404,53 triliun.
"Momentum pemulihan ini perlu untuk kita pertahankan bersama. Perbaikan permintaan domestik tentunya akan berperan besar terhadap perbaikan kinerja emiten. Saya yakin dengan penguatan sinergi dan koordinasi yang baik antara Pemerintah dengan seluruh stakeholders hal ini dapat kita capai,” ujar Menko Airlangga.
Advertisement