Kemasan Plastik Masih Diperlukan Industri Makanan, Bagaimana Solusi Mengelola Sampah Plastik?

Kemasan plastik untuk makanan masih diperlukan karena bisa memastikan keamanan dan kualitas produk yang layak untuk dikonsumsi.

oleh Henry diperbarui 28 Jul 2021, 16:02 WIB
Ilustrasi plastik. Sumber foto: unsplash.com/Christopher Flowers.

Liputan6.com, Jakarta - Plastik termasuk material yang efisien untuk digunakan sebagai kemasan termasuk kemasan makanan. Namun, kalau tidak dikelola dengan baik, sampah plastik bisa berdampak negatif bagi lingkungan.

Sebuah penelitian baru yang diterbitkan oleh National Climate Change pada 2019, melaporkan bahwa sampah plastik, menyumbang 3,7 persen emisi gas rumah kaca secara global. Jumlah ini dua kali lipat lebih besar dari emisi sektor penerbangan.

Berdasarkan laporan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), karbon dioksida telah menyebabkan peningkatan panas bumi di atmosfer mencapai 419 part per million (ppm) pada Mei 2021. Angka ini merupakan titik tertinggi sepanjang sejarah. Kondisi ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk mendorong penerapan bisnis berkelanjutan dan melakukan transisi gaya hidup ramah lingkungan.

Dalam rangka mengurangi emisi karbon dunia, dirumuskan berbagai upaya yang dapat diterapkan oleh berbagai pihak, salah satunya melalui inovasi Plastic Neutral. Ini adalah kondisi yang dicapai oleh produsen atau perusahaan ketika membeli Plastic Credit dan mendanai proyek daur ulang dengan volume dalam kilogram yang sama dengan kilogram jejak plastik yang dihasilkan.

Salah satu perusahaan yang menerapkan hal ini adalah Better Nature. Perusahaan rintisan berbasis di Inggris ini bertujuan membuat sistem pangan lebih ramah manusia, hewan, dan bumi dengan menyediakan berbagai produk tempe.

Co-founder Better Nature, Amadeus Driando Ahnan Winarno, memaparkan bahwa sebagai produsen tempe yang menjual produknya di Inggris dan Eropa, Better Nature mengakui masih memerlukan kemasan plastik untuk memastikan keamanan dan kualitas produk yang layak untuk dikonsumsi. Mereka menyadari bahwa terdapat tanggung jawab untuk memperbaiki lingkungan dari setiap kemasan tempe yang dijual.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:


Pengumpulan Sampah Plastik

Kemasan Plastik Masih Diperlukan Industri Makanan, Simak Cara Mengelola Sampah Plastik. (Liputan6.com/Henry)

"Kami bekerja sama dengan rePurpose Global dan Waste4Change melalui layanan Waste Credit, untuk membiayai pengumpulan sampah plastik (oleh) Waste4Change dengan target 1.300 kilogram sampah plastik terkumpul setiap tahunnya. Kolaborasi ini juga merupakan upaya Better Nature untuk berkontribusi memperbaiki lingkungan di Indonesia, negara asal tempe," terang Amadeus Driando dalam webinar Plastic Neutral for Sustainable Food Industry pada Selasa, 27 Juli 2021.

Melalui program ini, pada pertengahan 2020, Better Nature berhasil menjadi the First Plastic Neutral Meat-Alternative Company di dunia. Pada April 2021, Better Nature pun telah meraih rating Plastic Negative dari rePurpose Global, karena berhasil mengumpulkan sampah plastik lebih banyak dari jejak plastik yang timbul.

Sementara itu, Head of Recycling Business Waste4Change, Rizky Ambardi, menjelaskan bahwa layanan Waste Credit Waste4Change bisa menjadi alternatif pilihan bagi para pelaku industri makanan dan minuman serta berbagai perusahaan produsen FMCG untuk dapat aktif berkontribusi mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan sampah yang tidak terkelola dengan baik.


Mitra Pengelola Sampah

Ilustrasi sampah plastik. (dok. RitaE/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Rizky mengatakan, melalui layanan Waste Credit, Waste4Change membantu mengumpulkan material atau jenis sampah tertentu secara spesifik seperti multilayer plastic (MLP), used beverage carton, used cooking oil (minyak jelantah), paper box, dan sebagainya, sesuai permintaan dan target perusahaan klien. Langkah ini untuk mengurangi sampah yang berakhir ke tempat pemrosesan akhir (TPA).

"Selain itu, layanan Waste Credit juga memungkinkan perusahaan klien terlibat aktif dalam usaha membersihkan sungai dan pantai kemudian mendaur ulang sampahnya," jelas Rizky.

Sampah yang berhasil terkumpul kemudian akan dipilah ulang dan diproses di fasilitas Rumah Pemulihan Material (RPM) Waste4Change. Selanjutnya, sampah didistribusikan ke mitra daur ulang Waste4Change juga mitra pengolah sampah.

Sampah-sampah yang sulit didaur ulang seperti styrofoam bisa dijadikan bahan baku refuse-derived fuel di pabrik semen. Semua perjalanan sampah tersebut didata dan dilaporkan pada klien.


Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya