Liputan6.com, Jakarta - Bahan bakar alternatif merupakan salah satu hal yang menjadi salah satu bahan penelitian menarik. Contohnya, penemuan seorang mahasiswa teknik Belanda bernama Gijs Schalkx menciptakan sepeda motor berbahan bakar gas metana.
Dilansir Oddity Central, temuan yang dinamai Sloot Motor itu menggunakan bahan bakar yang dipanen dari rawa dan parit yang ada di pinggir jalan. Kendaraan cerdik tersebut dibuat dari Honda GX160 yang dimodifikasi.
Advertisement
Sepeda motor itu diberi lubang di airbox untuk jalan masuk gas metana. Lalu bagian tersebut dikaitkan ke balon berisi metana ke lubang yang berfungsi sebagai tangki bahan bakar.
Mesin masih harus menyala dengan bensin tetapi begitu dinyalakan, mesin langsung menggunakan gas metana untuk berjalan. Namun yang membuat proyek Gijs istimewa adalah fakta bahwa dia memanen gas metana dari rawa dan parit pinggir jalan secara manual.
Kegiatan memanen gas metana itu memakan waktu sekitar 8 jam. Hasil 8 jam memanen itu diklaim bisa dipakai untuk perjalanan sejauh 20 kilometer dengan kecepatan maksimal 43 kpj.
Menurut Schalkx dia mendapatkan ide itu ketika mengetahui ada seorang nelayan yang diduga menggunakan metana yang dikumpulkan saat memancing untuk menggoreng telor.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Panen Metana
Konsep tersebut kemudian dia adaptasi sesuai dengan kebutuhannya, termasuk pembuatan alat untuk memanen metana yang dia sebut sebagai stasiun plomp.
"Stasiun plomp terdiri dari alat pengumpul yang ditambatkan ke air. Lalu ada pompa tekanan yang terkunci di lokasi untuk memindahkan bahan bakar ke wadah bahan bakar," katanya.
Meski begitu, motor Sloot belum bisa disebut sebagai alternatif yang serius untuk kendaraan bermesin pembakaran internal atau listrik. Kecepatannya yang relatif rendah dan efisiensi bahan bakar yang kurang baik justru akan merepotkan.
Belum lagi jika harus memanen metana sendiri. Namun, Schalkx berharap hal ini bisa membuat orang-orang kembali mempetimbangkan teknologi.
"Mengemudikan mobil listrik tidak berarti Anda dibebaskan dari hal-hal yang sudah dijalankan oleh masyarakat kita. Membuang lebih banyak uang pada suatu maslaah tidak akan menyelesaikannya, kitalah masalahnya dan kita yang harus berubah," katanya.
Sumber: Otosia.com
Advertisement