Liputan6.com, Jakarta Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia pada 2021.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya mencapai 4,1 persen di tahun ini. Padahal pada laporan sebelumnya, lembaga ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di posisi 4,5 persen.
Advertisement
Prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun tertuang dalam laporan ADB bertajuk Asian Development Outlook yang dirilis pada Juli 2021, seperti dikutip Rabu (28/7/2021).
Khusus Indonesia, ADB menyebutkan alasan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 4,5 persen menjadi 4,1 persen karena negara ini menghadapi gelombang kedua infeksi Corona.
Bahkan disebutkan jika angka infeksi mencapai rekor tertinggi. Kemudian adanya langkah pembatasan mobilitas yang terus diperpanjang.
"Penguncian akan menghambat pemulihan yang sedang berlangsung, yang dimulai pada Q3 2020 dan berlanjut hingga Q2 2021, ketika aktivitas terus meningkat, kebijakan fiskal tetapmendukung, dan permintaan ekspor meningkat," mengutip penjelasan ADB.
ADB memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara dari 4,4 persen menjadi 4,0 persen tahun 2021.
Ini seiring pemberlakuan kebijakan pembatasan mobilitas untuk memerangi kebangkitan COVID-19 di seluruh wilayah.
Selain Indonesia, ADB menurunkan prediksi juga untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia,Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam.
Sedangkan prediksi untuk Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar, dan Filipina tidak berubah. Bahkan Singapura diprediksi naik.
Saksikan Video Ini
Prediksi Negara Lain
Selain Indonesia, ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Malaysia juga turun dari 6 persen di bulan April menjadi 5,5 persen.
Di kuartal I, Malaysia mencatat penurunan PDB yang lebih kecil sebesar 0,5 persen YoY. Ini dipicu perbaikan permintaan di dalam negeri dan ekspor, khususnya elektronik dan produk listrik.
Namun, perpanjangan kebijakan penguncian yang diberlakukan pada kuartal 2021 diperkirakan akan melemahkan permintaan domestik kembali. Kondisi bisnis memburuk tajam pada bulan Juni di bawah langkah-langkah pembatasan yang lebih ketat.
Risiko penurunan yang lebih besar kemungkinan terjadi karena meningkatnya infeksi tidak menunjukkan tanda mereda. Perkiraan PDB untuk 2022 dipertahankan sebesar 5,7 persen.
Sementara PDB Filipina diprediksi menyusut menjadi 4,2 persen pada kuartal I 2021. Angka ini meningkat dari 4 kuartal sebelumnya dan selaras dengan perkiraan pertumbuhan di bulan April.
Pengeluaran pemerintah yang berkelanjutan pada infrastruktur dan program bantuan sosial akan mendukung pemulihan, seperti halnya penjemputan bertahap dalam rumah tangga pengeluaran dibantu oleh remitansi yang kuat.
Advertisement