IPO Bukalapak Sumbang Kapitalisasi Pasar hingga Rp 87 Triliun

Selama masa penawaran umum yang akan berlangsung dari 27-30 Juli 2021, Bukalapak akan menawarkan sebesar 25.765.504.800 lembar saham

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Jul 2021, 13:36 WIB
Bukalapak.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan penawaran umum perdana atau inital public offering (IPO) PT Bukalapak.com atau Bukalapak, akan menambah kapitalisasi pasar hingga Rp 87,6 triliun. Hitungan ini merujuk pada harga penawaran umum yang telah ditetapkan Bukalapak sebesar Rp 850 per lembar saham.

"Bukalapak market cap-nya akan bertambah Rp 77,3 triliun sampai 87,6 triliun, tergantung dari pricingnya di harga antara Rp 750 - Rp 850," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna dalam Edukasi Wartawan terkait IPO Unicorn, Rabu (28/7/2021).

PT Bukalapak.com Tbk resmi memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menawarkan sahamnya kepada masyarakat, setelah menyelesaikan penawaran awal atau bookbuilding.

Selama masa penawaran umum yang akan berlangsung dari 27-30 Juli 2021, Bukalapak akan menawarkan sebesar 25.765.504.800 lembar saham pada harga penawaran Rp 850 per saham. Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 6 Agustus 2021 dengan kode saham BUKA.

Semula, sebelum Bukalapak mengumumkan harga penawaran, BEI memperkirakan market cap-nya bisa mencapai Rp 87,6 triliun. 

Awal harga penawaran berada di rentang Rp 750 - 850 per lembar saham. Di sisi lain, Nyoman mengatakan IPO Bukalapak ini cukup diminati investor. Dalam hematnya, sedikitnya ada 42 ribu investor baru yang bergabung di pasar modal terkait IPO perusahaan all commerce itu.

"Kalau investor yang berpotensi berpartisipasi paling sedikit minimal atau 800 ribu pihak. Sedangkan penambahan investor baru paling sedikit 42 ribu pihak,” kata Nyoman.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Potensi Kenaikan Kapitalisasi Pasar

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) senantiasa adaptasi terhadap tren yang terjadi di pasar modal. Teranyar, BEI berupaya untuk mengakomodir perusahaan rintisan (startup), utamanya yang berbasis teknologi, untuk dapat melakukan penggalangan dana di BEI melalui IPO.

Merujuk data Mandiri Capital, saat ini Indonesia memiliki enam startup berstatus unicorn dengan valuasi pre IPO gabungan sebesar USD 38,2 miliar atau sekitar Rp 553,9 triliun (kurs Rp 14.500 per USD). Kepala Unit Pengembangan Startup dan SME BEI, Aditya Nugraha mengatakan, melantainya enam startup tersebut berpotensi meningkatkan kapitalisasi pasar modal Indonesia sebesar Rp 533,9 triliun.

"Potensi peningkatan nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sebesar Rp 553,9 triliun atau sebesar 7,69 persen dengan tercatatnya enam perusahaan unicorn di Indonesia," ujar dia dalam Edukasi Wartawan terkait IPO Unicorn, Rabu, 28 Juli 2021.

Selain itu, terdapat sekitar 27 perusahaan yang berkategori centaur, yakni startup dengan valuasi di atas USD 100 juta sampai USD 1 miliar, yang juga berpotensi untuk IPO dengan nilai fundraised & nilai kapitalisasi pasar yang besar.

"Ini akan meningkatkan kredibilitas pasar modal Indonesia dan tingkatkan meningkatkan appetite calon unicorn lainnya untuk IPO dan tercatat di Bursa Efek Indonesia,” imbuh Anug, begitu panggilan akrabnya.

Dengan basis ekosistem yang besar,  startup unicorn mencatatkan saham di BEI berpotensi mendongkrak pertumbuhan investor baru. Di sisi lain, bertambahnya perusahaan tercatat dari industri teknologi meningkatkan potensi Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi bagi investor global.

"Komposisi dari sektor teknologi di portofolio investor diperkirakan akan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang,” ujar Anug.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya