Sejumput Cerita Youtuber 'Korea Roemit' Terjun ke Pasar Modal

Tak mau ketinggalan, YouTuber "Korea Reomit”, Jang Hansol membagikan sekelumit ceritanya masuk dalam pasar modal.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Jul 2021, 07:00 WIB
Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Investasi di pasar modal sudah bukan lagi barang baru bagi generasi milenial, bahkan generasi X (Gen Z). Hal ini sejalan dengan kian berkembangnya teknologi yang memungkinkan akses ke pasar modal dapat lebih mudah.

Tak mau ketinggalan, YouTuber "Korea Reomit”, Jang Hansol membagikan sekelumit ceritanya masuk dalam pasar modal. Hansol mengatakan, pertama kali melirik instrumen investasi ini lantaran banyak diperbincangkan oleh kalangan milenial, tak hanya di dalam negeri tetapi juga di Korea Selatan.

Hansol juga menilai instrumen investasi ini dapat memberikan imbal hasil yang lebih besar dibandingkan menabung secara konvensional seperti di bank. Ia menilai, faktor risiko bukan menjadi fokus utama milenial untuk berinvestasi di pasar modal. Namun, bukan berarti tidak mempertimbangkannya.

Hansol mengatakan, investasi di pasar modal lebih dipandang sebagai hal baru yang wajib dipelajari oleh generasi ini.

"Sehingga anak muda sekarang banyak di Korea yang mulai belajar dan benar-benar menekuni. Semua mulai bergeser, bahwa investasi jadi bagian yang harus dilakukan. Itu yang bikin saya merasa juga harus investasi,” kata dia dalam diskusi virtual SimInvest: Empowering Indonesia Millennials, ditulis Kamis, (29/7/2021).

Hansol menilai investasi perlu dilakukan untuk mempersiapkan kematangan finansial di masa mendatang. "Untuk mempersiapkan masa depan, karena orang tua nggak kaya. Jadi sekarang kalau punya uang sedikit saja diinvestasikan," kata dia.

"Kita enggak perlu ngapa-ngapain lagi 20-30 tahun ke depan. Kalau investasinya baik itu bisa menjadi harta yang besar, Tapi kalau cuma taruh di bank itu mungkin cuma nambah sedikit,” ia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Ada Perubahan Pola Pikir

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam kesempatan yang sama, VP Retail Sinarmas Sekuritas, Arief Maulana mengungkapkan hal senada. Ada perubahan pola pikir dalam keputusan investasi pada generasi milenial sekarang ini. Ditunjang dengan berbagai kemudahan untuk mengakses berbagai pilihan instrumen investasi yang memberikan imbal hasil lebih baik dengan modal lebih terjangkau.

"Pola pikir menentukan hasil investasi itu. Saat ini informasi sangat mudah untuk diakses. Termasuk pilihan investasinya," kata Arief.

Sebagai perbandingan, Arief mengatakan generasi sebelumnya mungkin akan menyarankan untuk investasi di emas atau tanah. Namun, jika melihat kondisi sekarang, mungkin tidak banyak orang yang memiliki akses terhadap emas dan tanah. Sehingga pilihan investasi tersebut dinilai kurang sesuai dengan karakteristik generasi milenial saat ini.

"Dulu orangtua mungkin menyarankan investasi di emas atau tanah. Tapi untuk saat ini, seberapa besar kita punya akses untuk membeli tanah dan emas. Kemudian seiring perkembangan zaman, ada investasi instrumen di pasar modal,” ujar Arief.

Arief melihat keunggulan yang dimiliki milenial saat ini adalah akses. Maka Sinarmas Sekuritas mencoba memberikan kemudahan investasi. Baik dari sisi konsep maupun aksesnya. "Jadi secara demografi mindset milenial sekarang lebih terbuka, willing to explore the opportunity," pungkas dia.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya