Penasaran! Segini Bonus Uang Tunai yang Diterima Atlet Pemenang Olimpiade Tokyo di 12 Negara

Pertandingan sengit dari setiap negara yang berlomba-lomba mendapatkan medali untuk negaranya. Kira-kira berapa jumlah uang yang diterima para atlet?

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jul 2021, 15:51 WIB
Sejak keikutsertaan Filipina di Olimpiade 1924, tepatnya 97 tahun yang lalu, akhirnya Filipina mampu meraih medali emas pertamanya di Olimpiade Tokyo 2020. Adalah Hidilyn Diaz, atlet angkat besi putri di kelas 55 kg yang mempersembahkannya, Senin (26/7/2021). (Foto: AP/Luca Bruno)

Liputan6.com, Jakarta Pertandingan sengit terjadi antar atlet dari negara yang berlomba-lomba mendapatkan medali pada ajang Olimpiade Tokyo 2021. Raihan medali emas, perak maupun perunggu menjadi kebanggan bagi satu negara.

Seperti Filipina yang akhirnya meraih medali emas pertamanya dari olahraga angkat besi. Hidilyn Diaz, atlet angkat besi asal Filipina memberikan pencapaian yang mengharumkan bagi negaranya.

Sebagai hadiah atas pencapaiannya, Diaz dilaporkan menerima hadiah uang tunai 33 juta peso Filipina atau setara dengan Rp 9,48 miliar.

Sejumlah uang tersebut diberikan oleh Komisi Olahraga Filipina serta kolaborasi dari pengusaha papan atas di negara tersebut. Dia bahkan ditawari dua rumah dan penerbangan gratis seumur hidup.

Seperti yang diketahui, Komite Olimpiade Internasional memang tidak memberikan bonus uang  tunai kepada peraih medali sepeser pun. Hadiah tersebut didapatkan dari tawaran berbagai negara kepada atlet olimpiade yang berhasil menang. 

Melansir dari CNBC, Kamis (29/7/2021), segini besaran uang tunai yang dibawa pulang atlet peraih medali dari 12 negara yang bertanding.

Hadiah uang diberikan oleh komite olimpiade nasional, asosiasi olahraga, dan situs daring keuangan pribadi, Money Under 30.

 

 

Saksikan Video Ini


Tidak Semua Atlet Mendapat Hadiah yang Sama

Daftar Negara Pemberi Bonus ke Atlet Olimpiade Tokyo. Dok CNBC

Ternyata ada lebih dari sekitar 600 atlet AS bergabung dalam Olimpiade Tokyo. Sejauh ini, negara tersebut telah meraih 11 emas, 11 perak, dan 9 perunggu.

Oleh karena itu, Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS memberikan penghargaan kepada setiap atlet USD 37.500 (Rp 542,6 juta) untuk medali emas, USD 22.500 (Rp 325,5 juta) untuk medali perak, dan USD 15 ribu (Rp 217 juta) untuk perunggu.

Sebagian besar dari hadiah yang diberikan tidak dikenakan pajak, kecuali jika atlet melaporkan pendapatan kotor yang melebihi 1 juta dolar AS. Kemudian, Atlet AS diberikan berbagai dukungan seperti asuransi kesehatan, akses ke fasilitas medis tingkat atas, dan bantuan biaya pendidikan. 

Sementara itu, Singapura memberikan penghargaan medali emas 20 kali lipat lebih banyak dibandingkan atlet AS, yaitu sebanyak 1 juta dolar Singapura yang setara dengan Rp10,6 M.

Hadiah tersebut dikenakan pajak dan penerima beasiswa akan diminta mengembalikan sebagian ke asosiasi olahraga nasional mereka untuk pelatihan dan pengembangan di masa depan. Atlet yang berkontribusi di Tokyo hanya 23 peserta saja.

“Ekonomi olahraga di AS memungkinkan atlet mengembangkan bakatnya lebih baik karena sebagian besar didorong oleh sektor swasta,” iujar founder perusahaan konsultan Picture Board Partners, Unmish Parthasarathi.

Menurut Parthasarathi, negara seperti Singapura, India, dan lainnya meminta imbalan uang lebih tinggi dengan tujuan ingin mendorong budaya olahraga negaranya lebih berkembang.

Tak hanya itu, Malaysia pun memiliki hadiah yang menggiurkan dengan jumlah yang sangat besar bagi atlet yang menang di Olimpiade Tokyo 2020. 

Atlet yang memenangkan medali emas akan mendapatkan 1 juta ringgit (Rp 3,41 miliar), medali perak sebanyak 300 ribu ringgit (Rp1,02 miliar), sedangkan medali perunggu mendapatkan 100 ribu ringgit (Rp324,6 juta). 

Dalam kurs dolar, pemenang perunggu olimpiade Malaysia akan menerima kinerja kerja yang lebih tinggi dibandingkan pemenang dari Australia atau Kanada.

 

 


Cara Atlet Menghasilkan Uang

Medali Olimpiade Tokyo 2020 resmi diumumkan kepada publik saat seremoni untuk merayakan momen satu tahun jelang Olimpiade di Tokyo, Rabu (24/7/2019). Medali yang didesain Junichi Kawanishi itu berdiameter 85 mm dan dihiasi gambar dewi Yunani, Nike serta logo Olimpiade. (Behrouz MEHRI/AFP)

Selain mendapat penghargaan dan hadiah dari tiap negara yang memenangkan medali, para atlet ini mengandalkan aliran dana dari pendapatan lain mereka.

Atlet dari negara maju akan lebih kompetitif dalam menerima tunjangan atau hibah pelatihan dari asosiasi olahraga nasional.

Atlet yang memiliki performa terbaik akan mengumpulkan hadiah utama dari turnamen nasionall hingga internasional. Laliu, pendapatan lainnya bisa didapatkan dari gaji tetap dari pekerjaan lain.

Seperti salah satu pemain bulu tangkis perwakilan AS, Zhang Beiwen dilaporkan menerapkan sistem crowdsourcing atau donasi untuk mendanai perjalanan mereka ke Tokyo. Lalu, menurut Forbes, atlet-atlet seperti tim AS tidak diwakili oleh agen olahraga atau sponsor apapun.

Umumnya, atlet mencari dan menyepakati kerjasama sponsor sebelum berkompetisi di olimpiade atau setelah meraih kemenangan di sebuah olimpiade.

Atlet tenis terkenal, Naomi Osaka mampu menghasilkan 55 juta dolar AS dari endorsement selama 1 tahun penuh, dan dinobatkan sebagai atlet perempuan dengan bayaran tertinggi.

Namun, kesepakatan yang dilakukan tidak selalu membawa keberuntungan. Kebanyakan kerja sama yang dilakukan tidak menguntungkan bagi para atlet.

“Salah satu langkah yang menguntungkan para atlet adalah pensiun. Banyak orang bersedia untuk membayar mahal untuk atlet olimpiade,” ujar Parthasarathi.

Reporter: Caroline Saskia Tanoto

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya