Liputan6.com, Cox's Bazar - Hujan deras selama berhari-hari telah mengguyur kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh selatan, menghancurkan tempat tinggal mereka
Akibat insiden ini, ribuan orang dipindahkan ke tempat penampungan, demikian dikutip dari laman AP, Kamis (29/7/2021).
Advertisement
Hanya dalam 24 jam lebih dari 30 sentimeter air naik menggenangi wilayah kamp di Distrik Cox's Bazar yang menampung lebih dari 800.000 Rohingya, kata badan pengungsi PBB.
"Situasi ini diperparah oleh pandemi COVID-19. Saat ini ada penguncian nasional yang ketat sebagai tanggapan atas meningkatnya kasus di seluruh negeri," kata badan tersebut.
Badan PBB tersebut mengatakan bahwa pihaknya sedih dengan kematian enam orang di kamp pengungsi awal pekan ini, lima orang karena tanah longsor yang disebabkan oleh hujan dan seorang anak hanyut oleh air banjir.
Mengutip laporan awal, Komisaris Tinggi PBB lebih dari 12.000 pengungsi Rohingya terkena dampak hujan deras sementara sekitar 2.500 tempat penampungan telah rusak atau hancur.
Lebih dari 5.000 pengungsi untuk sementara telah dipindahkan ke tempat penampungan anggota keluarga lain atau fasilitas komunal, kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Pengungsi mengatakan, mereka berjuang untuk makan atau minum dengan benar.
"Akibat hujan terus menerus selama empat hari terakhir, hari ini rumah saya penuh air," kata Khatija Begum, yang memiliki lima anak.
"Kami bahkan tidak bisa makan." Begum mengatakan dia takut anak-anaknya akan tenggelam dan mati dalam tidur mereka.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hidup Bersama Banyak Bencana
Topan, hujan monsun lebat, banjir, tanah longsor dan bencana alam lainnya merupakan musibah tahunan di kamp-kamp.
Lebih dari 700.000 Rohingya telah tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh sejak Agustus 2017, ketika militer di Myanmar yang mayoritas memulai tindakan keras terhadap kelompok etnis Muslim.
Tindakan keras itu termasuk pemerkosaan, pembunuhan dan pembakaran ribuan rumah, dan disebut pembersihan etnis oleh kelompok hak asasi global dan PBB.
Sementara Bangladesh dan Myanmar telah berusaha untuk mengatur repatriasi, Rohingya terlalu takut untuk kembali ke rumah.
Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan distrik Cox's Bazar, tempat lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya tinggal, adalah salah satu bagian yang paling rawan bencana di Bangladesh.
Advertisement