Liputan6.com, Jakarta - Pasien COVID-19 di Jambi dilaporkan terkena varian Delta plus dari COVID-19. Varian ini juga disebut B.1.617.2.1 atau AY.1.
Varian ini pertama kali dideteksi di India ketika tsunami COVID-19 terjadi pada Juni 2021. Menurut laporan GAVI (Global Alliance for Vaccines and Immunization), varian ini ditemukan lewat data yang dikirimkan ke GISAID, sebuah platform terbuka yang meneliti virus.
Baca Juga
Advertisement
Pada 23 Juni, BBC melaporkan bahwa varian Delta Plus ini sudah ditemukan di Inggris, Amerika Serikat, Portugal, Swiss, Jepang, Polandia, Nepal, China, dan Rusia.
GAVI lantas menekankan pentingnya vaksinasi untuk mencegah varian Delta maupun Delta Plus. Hingga akhir bulan lalu, GAVI menjelaskan bahwa jumlah kasus Delta Plus masih relatif rendah.
Meski demikian, pemerintah India telah menyorot potensi bahaya varian ini, seperti lebih mudah menular, dan potensi berkurangnya kekuatan sistem imun melawan virus ini.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perlu Penelitian Lebih Lanjut
Hingga kini, dampak dari varian Delta Plus masih belum separah varian Delta yang telah dominan di Amerika Serikat dan Indonesia. Saat ini, peneliti akan terus memantau varian AY.1 ini.
Spesialis penyakit menular Yale Medicine, Inci Yildirim, menjelaskan bahwa mutasi dari varian Delta ke Delta Plus mirip dengan mutasi dari varian Beta, yakni memengaruhi spike protein dari virus.
"Lebih banyak data diperlukan untuk menentukan tingkat penyebaran sebenarnya dan dampak dari varian baru ini terhadap beban penyait dan penyebabnya," ujar Yildirim pada situs Yale Medicine.
Advertisement