Liputan6.com, Boston - Sedikitnya 13.000 ilmuwan mengingatkan masyarakat dunia untuk segera menanggapi darurat iklim karena pola cuaca ekstrem yang mengejutkan beberapa tahun terakhir.
Dikutip dari laman DW Indonesia, Jumat (30/7/2021) tercatat sejumlah rekor baru tercipta terkait krisis iklim.
Advertisement
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal BioScience pada Rabu (28/07), ribuan ilmuwan kembali menyerukan tindakan segera untuk mengatasi krisis iklim.
"Peristiwa dan pola iklim ekstrem yang telah kita saksikan selama beberapa tahun terakhir – belum lagi beberapa minggu terakhir – menyoroti urgensi yang meningkat yang harus kita gunakan untuk mengatasi krisis iklim," kata Philip Duffy, salah satu penulis studi tersebut yang juga direktur eksekutif Pusat Penelitian Iklim Woodwell di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat (AS).
Dua tahun lalu, lebih dari 10.000 ilmuwan dari sekitar 150 negara bersama-sama mendeklarasikan kondisi darurat iklim global. Mereka sekarang bergabung dengan lebih dari 2.800 penandatangan lainnya dalam mendesak perlindungan kehidupan di Bumi.
Sejak deklarasi yang dicanangkan tahun 2019 itu, Bumi telah mengalami "lonjakan bencana terkait iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya", catat para peneliti.
Untuk studi ini, para peneliti mengandalkan "tanda-tanda vital" untuk mengukur keadaan Bumi, termasuk emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser, luasan laut es dan laju penggundulan hutan. Dari 31 tanda yang ada, para ilmuwan menemukan bahwa 18 di antaranya mencapai rekor tertinggi atau terendah.
2020 Tahun Terpanas
Tahun 2020 adalah tahun terpanas kedua sejak pencatatan iklim dimulai, kata para ilmuwan. Sementara awal tahun ini, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer Bumi tercatat paling tinggi sejak pengukuran dimulai.
Lebih lanjut, para penulis menemukan bahwa Greenland dan Antartika mencatat tingkat massa es terendah sepanjang masa. Gletser mencair 31% lebih cepat daripada 15 tahun yang lalu, tambah mereka.
Sementara itu, tingkat kehilangan tahunan areal hutan Amazon di Brasil mencapai level tertinggi dalam 12 tahun pada tahun 2020.
Tim Lenton, direktur Institut Sistem Global Universitas Exeter dan rekan penulis studi tersebut, mengatakan, gelombang panas yang memecahkan rekor baru-baru ini di AS bagian barat dan Kanada menunjukkan bahwa iklim telah mulai "berperilaku dengan cara yang mengejutkan dan tidak terduga."
"Kita perlu menanggapi bukti bahwa kita mencapai titik kritis iklim dengan tindakan yang sama mendesaknya untuk mendekarbonisasi ekonomi global dan memulai pemulihan alih-alih merusak alam," tegasnya.
Baca Juga
Advertisement