Liputan6.com, Cilegon - Kebijakan PPKM yang diperpanjang membuat pengelola kafe di Cilegon mengibarkan plastik putih tanda menyerah. Mereka merugi sampai puluhan juta lantaran bahan baku berupa daging, sayur, dan buah-buahan membusuk dan layu, sementara tidak ada sama sekali pemasukan.
Rizki Irawan salah satunya, Manajer Caffe Gue di Kota Cilegon, Banten, itu mengaku daging stok untuk pembuatan steak menjadi busuk tak bisa digunakan lagi. Begitu juga dengan 30 dus susu murni tak bisa dipakai lagi. Sementara kafenya sudah tampak kotor dan berdebu, lantaran tak pernah dibuka lagi selama PPKM. Dia dan dua pegawainya yang masih bertahan tak tahu harus berbuat apa lagi.
Baca Juga
Advertisement
Rizki Irawan kepada Liputan6.com mengatakan, sosialisasi PPKM Darurat terlalu mendadak, sehingga dia tak ada persiapan. Sehingga dirinya terpaksa menutup kafe lantaran tidak sama sekali pengunjung yang datang.
"Sosialisasi enggak dari jauh-jauh hari, kita udah keburu belanja bahan baku daging, sayur, susu murni, terus buah-buahan, ya basi semua, dibuang. Ada sebagian susu yang masih bisa dipakai saya kasihin ke orang," katanya, Jumat (30/7/2021).
Rizki bercerita, pada 2 Juli 2021, kafenya yang saat itu masih buka didatangi petuga,s dan baru diberi tahu mulai 3 Juli 2021, atau keesokan harinya diberlakukan PPKM Darurat. Nahas baginya, peraturan itu malah berlanjut hingga 2 Agustus 2021, itu artinya satu bulan penuh Rizki dan pegawainya tidak bisa mencari nafkah.
Sebagai bentuk protes lantaran tak ada solusi dari pemerintah, dia pun mengikat plastik putih ke gagang sapu dan memasangnya di depan kafe. Plastik putih itu juga menjadi simbol menyerah di tengah pemberlakuan PPKM.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Meski Tutup, Tetap Gaji Karyawan
Meski dalam keadaan terhimpit, Rizki mengaku tidak sampai hati memecat pegawainya. Dia tetap menggaji 15 karyawannya, mulai dari OB hingga chef. Alasannya sederhana, ingin memanusiakan manusia.
"Kami menyerah, plastik itu karena memang, boro-boro mau beli bendera, kita pemasukan aja enggak ada, sedangkan sewa gedung sudah dibayar, modal defisit, belum lagi kita juga harus memperhatikan karyawan, token listrik udah di isi, tutup satu bulan ini aja kerugian puluhan juta," katanya.
Advertisement
Berharap Ada Solusi dari Pemerintah
Rizki mengaku, hingga saat ini hanya ada relaksasi pajak yang diberikan Pemkot Cilegon. Sedangkan solusi lainnya belum didapatkan.
Pria bertubuh tambun ini berharap ada solusi dari pemerintah pusat maupun daerah, agar pengusaha kecil dan pemilik kafe tidak sampai gulung tikar. Selain harus menjaga kesehatan, dapur pegawai mereka juga harus tetap ngebul agar perut tak lapar dan listrik tak padam.
"Harapannya, bisa ada sinergitas dengan kami yang buka mulai sore sampai malam. Bisa memberikan kami edukasi, solusi cara-cara berjualan yang lain dengan metode yang kami ketahui. Kalau harus jualan online, gimana caranya?" ujarnya.