Liputan6.com, Cox's Bazar - Hujan muson deras memicu longsor dan banjir bandang di kamp pengungsi di tenggara Bangladesh sehingga ribuan etnis Rohingya dipindahkan dari sana pekan ini, kata pejabat dari PBB dan institusi lain.
Sedikitnya enam pengungsi etnis Rohingya, termasuk tiga anak-anak, meninggal dalam kejadian tersebut.
Advertisement
Sementara itu, 15 warga Bangladesh tewas dan lebih dari 200.000 orang telantar akibat banjir di Cox's Bazar, kata Mamunur Rashid, seorang petugas distrik.
Hampir satu juta pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp yang sesak di distrik perbatasan Cox's Bazar, permukiman pengungsi terbesar di dunia, setelah melarikan diri dari kekerasan militer di negara tetangga Myanmar pada 2017.
Para pengungsi umumnya tinggal di gubuk-gubuk bambu beratap lembaran plastik yang menempel pada bukit-bukit curam dan gundul.
Tayangan TV memperlihatkan rumah-rumah yang tergenang dan air lumpur yang mengalir turun dari undakan dan lereng bukit. Anak-anak bermain dalam genangan air setinggi dada mereka.
"Ini seperti mimpi buruk," kata pengungsi Rohingya Rokeya Begum.
"Saya belum pernah melihat banjir seperti itu di kamp selama empat tahun. Ketika air datang, tak satu pun keluarga saya ada di rumah untuk membantu. Saya sendirian tapi saya bisa membawa barang-barang ke tempat aman. Sekarang saya tinggal bersama keluarga lain."
Badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan lebih dari 21.000 pengungsi telah "terdampak" oleh banjir dan hampir 4.000 tempat pengungsi telah rusak atau hancur.
Mereka mengatakan lebih dari 13.000 orang terpaksa pindah dari kamp tersebut, sementara ribuan fasilitas rusak, termasuk klinik kesehatan dan toilet. Akses telah tertutup akibat rusaknya banyak jalan, jalan setapak, dan jembatan.
Para pengungsi --banyak dari mereka masih belum pulih dari kebakaran hebat yang meludeskan kamp-kamp pada Maret-- mengatakan longsor dan banjir membuat rumah mereka "tertutup lumpur semua".
"Entah bagaimana keluarga saya bisa mengungsi," kata Abu Siddique, yang tinggal di kamp pengungsi Balukhali. "Lumpur datang dari arah bukit dan masuk ke rumah saya... Semua barang milik kami tertutup lumpur."
Diperparah oleh Pandemi COVID-19
Hanya dalam 24 jam lebih dari 30 sentimeter air naik menggenangi wilayah kamp di Distrik Cox's Bazar yang menampung lebih dari 800.000 Rohingya, kata badan pengungsi PBB.
"Situasi ini diperparah oleh pandemi COVID-19. Saat ini ada penguncian nasional yang ketat sebagai tanggapan atas meningkatnya kasus di seluruh negeri," kata badan tersebut.
Badan PBB tersebut mengatakan bahwa pihaknya sedih dengan kematian enam orang di kamp pengungsi awal pekan ini, lima orang karena tanah longsor yang disebabkan oleh hujan dan seorang anak hanyut oleh air banjir.
Mengutip laporan awal, Komisaris Tinggi PBB lebih dari 12.000 pengungsi Rohingya terkena dampak hujan deras sementara sekitar 2.500 tempat penampungan telah rusak atau hancur.
Lebih dari 5.000 pengungsi untuk sementara telah dipindahkan ke tempat penampungan anggota keluarga lain atau fasilitas komunal, kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Pengungsi mengatakan, mereka berjuang untuk makan atau minum dengan benar.
"Akibat hujan terus menerus selama empat hari terakhir, hari ini rumah saya penuh air," kata Khatija Begum, yang memiliki lima anak.
"Kami bahkan tidak bisa makan." Begum mengatakan dia takut anak-anaknya akan tenggelam dan mati dalam tidur mereka.
Advertisement