Tokoh Agama Sumsel Yakin Ormas Islam Bisa Berkontribusi Atasi Dampak Covid-19

Mantan Ketua MUI Sumsel M Sodikun yakin jika ormas islam bisa berkontribusi dalam mengatasi dampak Covid-19.

oleh Nefri Inge diperbarui 31 Jul 2021, 20:30 WIB
Mantan Ketua MUI Sumsel M Sudikun saat menjadi pembicara kunci dalam webinar ‘Peran Ormas Islam terhadap Kebangkitan Ekonomi Umat’ (Dok. Panitia webinar ‘Peran Ormas Islam terhadap Kebangkitan Ekonomi Umat’/ Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Pandemi yang tak kunjung berakhir, menjadi sebuah tantangan dan peluang ormas Islam untuk istiqomah. Karena di balik ujian, pastinya ada hikmah yang terkandung di dalamnya.

Hal itu disampaikan mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan (Sumsel) M Sodikun, saat menjadi pembicara kunci dalam webinar ‘Peran Ormas Islam terhadap Kebangkitan Ekonomi Umat’, pada Kamis (29/7) di Palembang.

Webinar yang digelar DPW LDII Sumatera Selatan (Sumsel) itu, yang juga pakar ekonomi syariah dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta yang juga Ketua DPP LDII Ardito Bhinadi dan Yudha Mahrom Dharma Saputra Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP).

M Sodikun itu menjelaskan, organisasi masyarakat (ormas) Islam memiliki kemampuan, sehingga hanya perlu berkoordinasi dengan baik.

“Tidak perlu lagi memperdulikan dan memandang perbedaaan. Paradigma yang harus dibangun adalah ormas satu jiwa satu raga, saling menguatkan karena peran ormas Islam dinanti masyarakat atau umat,” ujarnya di Palembang Sumsel, Sabtu (31/7/2021).

M Sodikun optimistis dengan menguatnya ukhuwah Islamiyah, umat Islam, ormas Islam dapat berkerja sama secara positif untuk memulihkan ekonomi umat.

Menurutnya, umat Islam memiliki modal sosial yang kuat, yakni tidak punya konsep keputusasaan atau pesimis dalam menghadapi permasalahan.

“Umat Islam selalu melihat cobaan atau ujian merupakan manifestasi kecintaan Allah pada kita, agar ormas Islam bangkit mengapai keridaan Allah," katanya.

Tokoh Agama di Sumsel ini menuturkan, sebagai ormas Islam terdapat dua sikap dalam menghadapi pandemi Covid-19. Yaitu, wabah merupakan ujian dari Allah SWT dan mungkin juga musibah karena dosa yang dilakukan

Lalu, pemulihan ekonomi umat tidak hanya tugas pemerintah atau mereka yang punya jabatan. Karena pemerintah telah menggelontorkan dana triliunan, namun proses vaksinasi baru beberapa persen.

Ditambahkan Ketua DPP LDII Ardito Bhinadi, pentingnya kerja sama antarormas Islam dalam mengatasi krisis kesehatan dan ekonomi.

Dia mengungkapkan, ormas Islam harus menempuh empat cara, yakni cermat dalam mengamati dan memposisikan diri dari berbagai perubahan lingkungan strategis.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Tingkatkan SDM

Mantan Ketua MUI Sumsel M Sudikun saat menjadi pembicara kunci dalam webinar ‘Peran Ormas Islam terhadap Kebangkitan Ekonomi Umat’ (Dok. Panitia webinar ‘Peran Ormas Islam terhadap Kebangkitan Ekonomi Umat’/ Nefri Inge)

Ormas Islam juga harus mengoptimalkan potensi yang dimiliki, memiliki fondasi moral ekonomi yang tepat dan kuat. Serta memiliki program yang solutif, agar membantu memecahkan permasalahan ekonomi umat.

Ardito menjelaskan, pandemi Covid-19 ini hanya mempercepat transformasi ekonomi, keuangan, dan alat pembayaran.

"Sekarang semuanya serba digital. Namun yang harus kita cermati bahwa ekonomi dan keuangan digital membawa kemudahan sekaligus kerapuhan," ujarnya.

Menurut Ardito, ormas Islam berperan dalam meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan organisasi. Agar umat Islam bisa tetap eksis dalam zaman yang serba digital ini.

Ardito berpendapat, jika ada sinergi antar umat Islam, maka akan ada energi besar yang membangkitkan ekonomi umat.

Ormas Islam memiliki modal sosial yang kuat, di antaranya memiliki jejaring di semua daerah, memiliki basis massa yang banyak dan loyal, serta anggotanya beraneka ragam budaya pendidikan dan profesi.

"Kalau modal sosial ini dapat dimanfaatkan dengan baik, maka pasar yang adil, pertumbuhan ekonomi optimal yaitu efisiensi berkeadilan, distribusi kekayaan/aset yang lebih merata, serta kesejahteraan sosial akan dapat tercapai,” kata Ardito.

Salah satu upaya membangun sinergi, adalah memiliki pondasi moral ekonomi kerja sama bukan persaingan.

 


Ekonomi Syariah Indonesia

Ilustrasi keuangan syariah/Shutterstock.

Dia mengungkapkan, selama ini pondasi moral ekonomi persaingan lebih menguasai dibanding pondasi moral ekonomi kerja sama, karenanya perlu dikembalikan lagi sebagai kerja sama.

"Jika antar-ormas Islam bekerja sama dan bersinergi dalam pemberdayaan ekonomi umat, InsyaAllah 80 persen permasalahan ekonomi umat, dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan lebih cepat, ekonomi umat akan bangkit," katanya.

Dekan Fakultas Ekonomi UMP Yudha Mahrom Dharma Saputra menilai, sudah ada kesadaran untuk kebangkitan ekonomi umat. Terbukti munculnya perbankan syariah, hotel dan penginapan syariah, rumah sakit syariah dan lainnya.

"Walaupun perbankan syariah belum 100 persen syariah," katanya.

Menurutnya, potensi ekonomi syariah di Indonesia sangat tinggi. Namun masih perlu dibenahi kelembagaan keuangan syariahnya.

Selain itu, pendidikan soal ekonomi syariah masih harus diperluas terutama dalam perkembangan teknologi. Ia juga menekankan, umat Islam jangan berpikir sektoral sehingga tercipta kesan seolah berbeda.

"Perlu inovasi untuk kelembagaan ekonomi umat seiring perkembangan teknologi dan perkuat jaringan ekonomi keumatan," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya