Liputan6.com, Jakarta Pengembangan obat dan vaksin COVID-19 selama pandemi terus menjadi perhatian publik. Salah satu vaksin yang menggunakan metode sel dendritik yang dikenal Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto misalnya, masih terus diteliti hingga kini.
Salah seorang peneliti vaksin Astrazeneca asal Indonesia Indra Rudiansyah pun menanggapi cara kerja sel dendritik dalam tubuh.
Advertisement
"Sel dentritik dalam tubuh adalah sel imun adaptive yang bisa adjust terhadap berbagai virus yang masuk dalam tubuh. Namun perlu diingat, di dalam tubuh juga ada sel imun bawaan yang membantu sel imun adaptif yang juga memerangi virus," katanya dalam diskusi media daring “Fakta Seputar Vaksin dan Upaya Menuju Kekebalan Komunal", ditulis Minggu (1/8/2021).
Simak Video Berikut Ini:
dua sel
Pria yang tengah studi di Jenner Institute Inggris ini lebih jauh menerangkan, ada dua jenis sel yang membantu memerangi virus, yaitu sel imun bawaan dan sel imun adaptif.
"Sel imun bawaan sudah ada di dalam tubuh dan membuat kekebalan alami. Sementara sel imun adaptif memproses virus dan mempresentasikan virus tersebut ke sel imun bawaan--yang juga membutuhkan proses alami dalam tubuh," katanya.
Teknologi saat ini, kata Indra, memungkinkan sel tubuh kita diambil dan dipertemukan dengan sel virus di lab, lalu dimasukkan kembali ke dalam tubuh. Itulah yang disebut sel dendritik.
Advertisement
Kelemahannya
"Masalahnya, untuk melakukan teknologi sel dentritik perlu diperhatikan practicality-nya di masyarakat. Untuk kondisi sekarang sel dentritik tidak practical untuk dilakukan karena butuh waktu untuk diproduksi masal, apalagi di masa pandemi," ujarnya.
Kendati demikian, teknologi ini dinilai bisa menyembuhkan penyakit akibat COVID-19 namun teknik pembuatannya yang mirip seperti proses tabung membuat vaksin ini butuh waktu bekerja di dalam tubuh. "Sel dan sel disatukan di luar tubuh dulu, lalu dimasukkan lagi ke tubuh baru dapat manfaatnya."
Infografis Vaksin Covid-19 Terbukti Efektif Kurangi Tingkat Kematian
Advertisement