Eks Menristek: Negara Butuh Pencipta Lapangan Kerja yang Bisa Mengolah SDA Indonesia

Bambang Brodjonegoro menilai perubahan mendasar harus dilakukan Indonesia dalam bidang ekonomi dengan mengubah paradigma dari berbasis SDA menjadi inovasi-riset.

oleh Muhammad Ali diperbarui 31 Jul 2021, 23:23 WIB
Mantan Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Bambang P.S. Brodjonegoro menyatakan bahwa perubahan mendasar yang harus dilakukan Indonesia dalam bidang ekonomi adalah mengubah paradigma pembangunan, yakni dari berbasis sumber daya alam (SDA) menjadi berbasis inovasi-riset.

Hal tersebut dikatakan Prof. Bambang pada penyelenggaraan Kegiatan Awal Mahasiswa Baru (KAMABA), Universitas Indonesia (UI) dalam sesi kuliah umum bertajuk “Merawat & Mengembangkan Potensi Indonesia”.

"Potensi SDA Indonesia ini luar biasa, bahkan salah satu yang terkaya di dunia. Indonesia adalah salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan jumlah produksi sebesar 465.000 ton per tahun," kata Prof. Bambang dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Tidak hanya itu, produksi karet dan kopi Indonesia juga merupakan salah satu produksi terbesar di dunia dengan jumlah sebesar 2,80 juta ton, dan kopi sebesar 465.000 ton per tahun.

Belum lagi potensi laut dan keanekaragaman hayati yang begitu besar, menjadikan Indonesia adalah negara yang terberkati (given) oleh SDA.

"Namun, SDA bukanlah faktor penentu terkuat dari kemajuan suatu negara, tapi yang utama adalah sumber daya manusia, terutama dalam ekosistem ekonomi yang digerakkan oleh teknologi-informasi," ujarnya yang dikutip dari Antara.

Dalam ekosistem ekonomi berbasis inovasi, keberadaan para entrepreneur (wirausahawan) diperlukan. “Setelah lulus, mari menata masa depan Anda dengan menyambungkannya dengan masa depan negara. Banyak pilihan yang dapat Anda pilih: menjadi pekerja, profesional, atau menciptakan lapangan kerja," kata dia.

"Saat ini negara membutuhkan para pencipta lapangan kerja yang dapat mengolah SDA Indonesia melalui riset dan inovasi untuk menjadi produk intermediate atau produk akhir yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat,” ujar Mantan Menteri Riset dan Teknologi Indonesia/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia Kabinet Indonesia Maju, 2019-2021.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Bonus Demografi

Menurutnya, Indonesia pada tahun 2040-2050 punya kesempatan untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat melalui apa yang disebut bonus demografi, dimana jumlah usia produktif (17-60 tahun) di Indonesia akan sangat besar.

Ia memprediksi, pada 2050, Indonesia akan mempunyai Produk Domestik Brutto per kapita terbesar keempat di dunia dengan angka 28,934 juta dollar untuk 320 juta penduduk. Tidak hanya itu, pada 2050 eletrifikasi/jumlah akses listrik di Indonesia akan mencapai 1 juta megawatt, jumlah fasilitas kesehatan yang meningkat, dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 150 juta orang per tahun.

Untuk dapat mencapai prediksi-prediksi tersebut, bonus demografi ini harus dikelola menggunakan pendidikan dan penguasaan teknologi-informasi.

Ia merekomendasikan para mahasiswa baru di UI untuk memiliki empat skill milennial yang akan sangat berguna di era digital, yaitu kemampuan memecahkan masalah (problem solving), manajemen diri (self-management), bekerja sama dengan orang lain (working with team), dan kemampuan memahami perkembangan teknologi (technology & development).

Turut hadir pada kuliah umum tersebut Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA., Wakil Rektor UI bidang Sumber Daya Manusia dan Aset.

Dalam sambutannya, Prof. Dedi berharap dengan mengikuti sesi kuliah umum ini, maka pengetahuan kebangsaan para mahasiswa baru akan bertambah.

Menurutnya, dinamika perkembangan zaman termasuk pandemi, membawa banyak perubahan terutama dalam bidang penggunaan teknologi-informasi. “Namun perubahan-perubahan ini harus kita hadapi dengan terus beradaptasi,” katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya