Liputan6.com, Jakarta - Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa menerbitkan 2 buku yang diberi judul Energi untuk Kemandirian dan Talang Emas Hilir Migas. Buku Energi untuk Kemandirian berisi refleksi 10 tahun berkiprah sebagai Komite BPH Migas, juga sebagai Kepala BPH Migas dengan pengalaman hampir 30 tahun di sektor migas. Sementara buku berjudul Talang Emas Hilir Migas berisi testimoni para tokoh nasional terhadap sosok Ifan.
Peluncuran kedua buku ini dilaksanakan pada Jumat 30 Juli 2021 secara offline dan online yang dihadiri oleh para tokoh nasional diantaranya Ketua DPR RI Periode 1999-2004 Akbar Tandjung, Ketua BPK Agung Firman Sampurna, pendiri Indef sekaligus guru besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Didin Damanhuri, Anggota Komisi VII DPRRidwan Hisjam dan Andi Yuliani Paris.
Advertisement
Selain itu juga hadir Ketua Komite III DPD Sylviana Murni, Para Direksi Badan Usaha dibidang Hilir Migas dan Stakeholders BPH Migas, para anggota Komite BPH Migas periode 2017-2021 dan periode sebelumnya.
Hadir secara virtual Menteri ESDM periode 2016-2019 Ignasius Jonan, Kepala BPH Migas 2 periode (2003-2011) Tubagus Haryono, para Rektor Universitas yang telah bekerjasama dengam BPH Migas, Mahasiswa, para wartawan media cetak maupun elektronik.
Akbar Tandjung mengungkapkan, Indonesia pernah menjadi penghasil minyak bahkan menjadi anggota OPEC tapi harus diakui saat ini tidak lagi, produksi jauh menurun. Saat ini, apalagi covid-19 semakin menjadikan perekonomian kita sulit, karena itu perlu dipikirkan strategi yang tepat mengatasi kondisi kedepannya.
"Tapi saya bangga dengan adinda Ifan, pertama karena dia aktivis organisasi Himpunan Mahasiswa Islam, yang kedua karena ia juga alumni S-2 dan S-3 Fakultas Teknik UI, fakultas saya. Tentu saja dengan pengalaman organisasi yang cukup waktu muda dan pengetahuan bidang energi membuatnya mampu bekerja dengan baik," ujar Akbar Tandjung dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (1/8/2021).
Semoga BPH Migas kedepan, lanjutnya, juga akan semakin berperan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Sementara itu Kepala BPK Agung Firman Sampurna menyampaikan, penting dilihat terkait peran dan fungsi BPH Migas soal energi. Saat bicara energi, kita dihadapkan tentang ketahanan energi, kemandirian energi dan kedaulatan energi.
Ketiga hal ini memiliki pengertian berbeda baik dalam hal substansi maupun dalam konteks obyektif dan perumusan serta implementasi dari konsepsi kebijakan untuk mewujudkannya, tetapi sering kali dicampur adukkan.
Secara definitif sesungguhnya konsep ketahanan energi kurang lebih terkait setidaknya 4 hal yaitu ketersediaan dengan adanya indikator sumber pasokan, kemampuan untuk membeli, daya beli terkait kemampuan pendapatan nasional perkapita, adanya akses bagi pengguna untuk menggerakkan roda perekonomian, dan kesinambungan, bertahan jangka panjang.
Lanjutnya, kemandirian energi adalah kemampuan suatu negara untuk memanfaatkan semua potensi yang dimiliki, baik potensi keanekaragaman energi, potensi SDM, sosial, ekonomi dan kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan energinya serta kedaulatan energi yang artinya hak negara dan bangsa dalam menentukan kebijakan energi untuk mencapai ketahanan dan kemandirian energi.
Terkait ruang lingkup BPH Migas, buku Energi untuk Kemandirian, lebih tepat terkait ketahanan energi. Ketahanan energi merupakan syarat untuk bisa ada kemandirian energi. Jika ketahanan dan kemandirian energi bisa dicapai, maka kita akan memiliki kedaulatan energi. Karena itu peranan BPH Migas menjadi strategis dan sangat vital.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tradisi
M Fanshurullah Asa mengatakan, pembuatan buku ini merupakan tradisi yang dikembangkan oleh Komite BPH Migas periode 2017-2021 untuk menerbitkan satu buku per tahun. Ia mengatakan, buku ini untuk menjadi satu tradisi baru.
“Selama saya menjadi Kepala BPH Migas, 4 tahun lebih, satu tahun satu buku. Buku itu bekerja untuk keabadian, semua yang kita raih atau capai dengan team work tentunya akan hilang musnah dalam sejarah pada saat tidak mampu kita tuangkan dalam satu buku,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sekarang jamannya milenial, semua bisa berdiskusi tentang migas, energi, melalui Group WA (WhatsApp), tapi pertanggungjawaban secara intelektual, secara akademis by data.
“Buku ini, Insya Allah, dengan pengalaman saya hampir 30 tahun di sektor migas dan hampir 10 tahun saya menjadi Komite dan Kepala BPH Migas, saya siap jika nanti ada kajian-kajian, dialektika kritis untuk menatap Indonesia kedepan yang lebih baik di sektor energi kita,” paparnya.
Isi buku tentang Energi Untuk Kemandirian adalah buku yang mencerminkan atau menjelaskan apa yang telah kami capai selama ini dengan kolaborasi, tidak hanya BPH Migas, tapi ada sektor lainnya baik itu Pemerintahan (Kementerian ESDM, Kementerian BUMN), begitu juga badan usaha (Pertamina), badan usaha swasta yang jumlah mencapai ratusan perusahaan serta masyarakat. Dengan Tusi BPH Migas yang dikawal dalam komite kami yang berjalan secara independen.
"Alhamdulillah sudah kami laksanakan semaksimal mungkin, semampu mungkin dengan instegritas dan profesionalisme kami sebagai Komite BPH Migas," imbuh dia.
Meski demikian, masih terdapat banyak catatan, ide, dan visi terkait yang perlu diisampaikan untuk kepentingan sektor hilir migas di masa depan. Oleh sebab itu, melalui kedua buku tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan sektor hilir migas menjadi lebih baik.
"Maka ini kami tuangkan di dalam buku, menjelaskan apa saja yang mesti dibangun terkait hilir migas sehingga sektor energi bisa di kawal dengan baik dalam hilirisasi migas," ungkap Ifan.
Advertisement