Liputan6.com, Jakarta Disabilitas sensorik Tuli adalah salah satu disabilitas yang tidak terlihat. Secara fisik, penyandang disabilitas ini terlihat seperti non disabilitas.
Maka dari itu, kesalahpahaman dapat terjadi antara orang dengar dengan orang Tuli. Seperti yang baru-baru ini terjadi di Papua pada pemuda Tuli bernama Steven.
Advertisement
Sempat viral di media sosial, Steven mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari oknum tentara karena ia tidak menjawab saat ditanya. Kondisinya yang Tuli dan tidak bisa berkata-kata membuat oknum salah paham dan menyangka bahwa Steven sedang mabuk.
Untuk menghindari hal-hal serupa di kehidupan sehari-hari, maka teman dengar atau non disabilitas perlu mengetahui cara-cara membedakan penyandang Tuli dengan non disabilitas.
Dalam hal ini, komunitas disabilitas Koneksi Indonesia Inklusif menyampaikan 3 cara membedakannya. Ketiga cara tersebut yakni terkait penggunaan alat bantu dengar (ABD), cara mendengar, dan cara komunikasi.
Simak Video Berikut Ini:
Penggunaan ABD
Cara pertama yang dapat dilakukan untuk membedakan teman Tuli dengan teman dengar adalah melihat apakah orang tersebut menggunakan ABD di telinganya atau tidak.
“Terkadang kamu bisa tahu kalau seseorang merupakan disabilitas rungu adalah dari alat bantu dengar yang dipakainya,” tulis tim Konekin dalam unggahannya dikutip Senin (2/8/2021).
Walau begitu, teman dengar bisa saja mendapat kesulitan untuk melihat ABD. Mengingat, tidak semua penyandang Tuli menggunakan ABD.
Di sisi lain, ABD juga dapat sulit dilihat akibat tertutup hijab, penutup kepala, atau rambut.
Advertisement
Cara Mendengar
Jika ABD tidak terlihat, maka ada cara kedua untuk membedakan teman Tuli dengan non disabilitas yakni dengan memerhatikan cara mendengarnya.
“Jika kamu berbicara dengan disabilitas rungu terutama Hard of Hearing (HoH) atau Tuli separuh, mereka akan mengarahkan telinga terbaiknya ke arah kamu sehingga mereka dapat mendengarmu dengan baik.”
Cara Komunikasi
Cara ketiga untuk membedakan teman Tuli dan non disabilitas adalah dengan memerhatikan cara komunikasinya. Orang dengan disabilitas rungu memiliki ciri khas berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
“Yang menjadi salah satu ciri khas disabilitas rungu adalah mereka menggunakan gerakan non verbal untuk berkomunikasi misalnya melalui gestur tangan atau wajah.”
Gestur ini kemudian berkembang menjadi bahasa isyarat yang menjadi budaya komunikasi bagi Tuli, tutup Konekin.
Advertisement