Liputan6.com, Jakarta- Hoaks seputar Covid-19 semakin bertebaran, berdasarkan catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam sepekan terakhir berita bohong seputar penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 tersebut meningkat menjadi 4.170 sebaran.
Cek Fakta Liputan6.com pun telah menelusuri sejumlah hoaks seputar Covid-19, hasilnya sebagian informasi tersebut terbukti hoaks.
Advertisement
Simak hoaks seputar Covid-19 hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com:
1. Informasi Penemuan Singapura Autopsi Jenazah Covid-19
Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19. Klaim klaim Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19 dan penyakit tersebut berasal dari bakteri beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.
Berikut klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19 tersebut:
"() Singapura menjadi negara pertama di dunia yang melakukan otopsi (post-mortem) untuk jenazah Covid-19. Setelah penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada sebagai virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menyebabkan kematian manusia dengan pembekuan dalam darah. Penyakit Covid-19 ditemukan menyebabkan pembekuan darah, yang menyebabkan pembekuan darah pada manusia dan menyebabkan pembekuan darah di pembuluh darah, yang membuat seseorang sulit bernapas karena otak, jantung, dan paru-paru tidak dapat menerima oksigen sehingga menyebabkan orang meninggal. dengan cepat.
Untuk mengetahui penyebab kekurangan energi pernapasan, dokter di Singapura tidak mendengarkan protokol WHO dan melakukan otopsi pada COVID-19. Setelah dokter membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya dan memeriksanya dengan cermat, mereka melihat bahwa pembuluh darah melebar dan dipenuhi gumpalan darah, yang menghambat aliran darah dan juga mengurangi aliran oksigen. Di dalam tubuh itu menyebabkan kematian pasien. Setelah mengetahui penelitian ini, Kementerian Kesehatan Singapura langsung mengubah protokol pengobatan Covid-19 dan memberikan aspirin kepada pasien positifnya. Saya mulai mengonsumsi 100 mg dan Imromac. Hasilnya, pasien mulai pulih dan kesehatannya mulai membaik. Kementerian Kesehatan Singapura mengevakuasi lebih dari 14.000 pasien dalam satu hari dan memulangkan mereka. Setelah periode penemuan ilmiah, dokter di Singapura menjelaskan metode pengobatan dengan mengatakan bahwa penyakit ini adalah trik global, “Ini tidak lain adalah koagulasi di dalam pembuluh darah (bekuan darah) dan metode pengobatan. Tablet antibiotik Anti inflamasi dan Minum antikoagulan (aspirin). Ini menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk mengobati penyakit. Menurut ilmuwan Singapura lainnya, ventilator dan unit perawatan intensif (ICU) tidak pernah diperlukan. Protokol untuk efek ini telah diterbitkan di Singapura China sudah mengetahui hal ini, tetapi tidak pernah merilis laporannya. Bagikan informasi ini kepada keluarga, tetangga, kenalan, teman, dan kolega Anda agar dapat menghilangkan rasa takut akan Covid-19 dan menyadari bahwa ini bukan virus, melainkan bakteri yang hanya terpapar radiasi. Hanya orang dengan kekebalan yang sangat rendah yang harus berhati-hati. Radiasi ini juga menyebabkan peradangan dan hipoksia. Korban harus mengonsumsi Asprin-100mg dan Apronik atau Paracetamol 650mg.
Sumber: Kementerian Kesehatan Singapura"
Benarkah klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19? Simak Penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19 tidak benar.
Kementerian Kesehatan Singapura telah membantah informasi tersebut, karena belum pernah melakukan autopsi jenazah Covid-19.
2. Video Jual Beli Hasil Swab Palsu di dalam Bus
Sebuah video yang diklaim adanya bisnis hasil swab palsu di dalam bus beredar di media sosial. Video tersebut salah satunya disebarkan akun Facebook Meinanda Azalia pada 26 Juli 2021.
Akun Facebook Meinanda Azalia mengungah video berisi seorang petugas yang tengah membagikan hasil swab ke sejumlah penumpang di dalam bus.
"Bayar berapa itu bu?" tanya si perekam video.
"Rp 90 (ribu) pak," jawab si petugas.
Akun Facebook Meinanda Azalia kemudian mengaitkan video tersebut dengan kabar jual beli hasil swab palsu di dalam bus.
"Ibu Ini Sedang Jual Hasil Swab?Harga 90rb Untuk 24 Jam
Kondisi ada di dlm tol jd penumpang mau gak mau, suka tdk suka ya belilah
Mau turun ditol bagaimana ? Ini yg bikinIndonesia kacau balau gak rampung2 covidnya tanpa swab bisa naik bis ke luar kota, saling tular menular tanpa henti.
Hebat! Hebat! Hebat! Hebaaattt mereka mencari keuntungan utk diri sendiri...tdk peduli sikon pandemi negara... Ternyata semua jd ladang bisnis berkedok covid... mbaknya bilang tidak ikhlas gambarnya di viralkan.
Saya sebagai rakyat juga sama, tidak ikhlas melihat bisnis hasil swab palsu ini.😭," tulis akun Facebook Meinanda Azalia.
Benarkah kabar tentang bisnis hasil swab palsu di dalam bus? Berikut penelusurannya.
Video yang diklaim adanya bisnis hasil swab palsu di dalam bus ternyata tidak benar. Faktanya, dalam video itu tidak ada indikasi jual beli hasil swab palsu. Peristiwa yang terjadi tidak sesuai dengan narasi yang disampaikan dalam video yang viral tersebut.
3. Alat Swab Antigen Positif Covid-19 Saat Diberikan Air Keran
Beredar di media sosial postingan video terkait alat tes swab antigen yang diberikan air keran hasilnya positif covid-19. Video itu ramai dibagikan sejak pekan lalu.
Salah satu akun yang membagikannya adalah bernama Sahril Al Hamid. Dia mengunggahnya di Facebook pada 26 Juli 2021.
Dalam video berdurasi satu menit 29 detik itu terdapat satpam yang mencoba memasukkan air keran dalam tes swab antigen. Ternyata setelah ditunggu hasilnya positif.
Selain itu dalam video juga terdapat ajakan untuk tidak mau dites swab antigen karena isinya pembohongan. Akun tersebut juga menambahkan narasi "Air keran positif corona"
Lalu benarkah video alat tes swab antigen positif covid-19 setelah diberikan air keran? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, postingan video alat tes swab antigen positif setelah diberikan air keran adalah tidak benar. Faktanya alat swab antigen akan rusak jika digunakan tidak sesuai instruksi. Hasil yang tertera menjadi tidak valid.
4. Pasien Covid-19 di RS Bisa Ajukan Klaim Sendiri Melalui Dinas Kesehatan
Beredar di aplikasi percakapan pesan berantai berisi cara mengklaim biaya pasien covid-19 di Rumah Sakit (RS) melalui Dinas Kesehatan. Pesan berantai itu ramai dibagikan sejak beberapa hari lalu.
Dalam pesan berantai disebutkan setiap pasien covid-19 di RS bisa mengajukan klaim sendiri pada Pemerintah melalui Dinas Kesehatan. Berikut isi pesan berantai tersebut selengkapnya:
"Bagi Rekan2 & Anggota Keluarga lain yg sdh pernah dirawat / sdg dirawat di Rumah Sakit krn terpapar Covid19, dimohon utk semua Kwitansi, Nota, Struk, Bukti Pembayaran, & Rekam Medik selama Perawatan di Rumah Sakit krn terpapar Covid19 utk di File & disusun yg rapi lalu di Fotokopi spy dpt dilakukan Klaim di Dinas Kesehatan setempat agar mendptkan mengembalian biaya2 yg tlh dikeluarkan selama perawatan di Rumah Sakit krn terpapar Covid19.
Caranya :
1. Form Pengajuan Klaim dpt diminta ke Bagian Dinas Kesehatan yg terdpt di Rumah Sakit tempat dirawat.
2. Kwitansi, Nota, Struk, Bukti Pembayaran, & Rekam Medik selama Perawatan di Rumah Sakit krn terpapar Covid19 di FOTOKOPI utk disimpan sbg arsip pemohon (pasien)
3. Kwitansi, Nota, Struk, Bukti Pembayaran, & Rekam Medik selama Perawatan di Rumah Sakit krn terpapar Covid19 yg ASLI diberikan ke Bagian Dinas Kesehatan di Rumah Sakit terkait
4. Pd saat menyerahkan ASLI Kwitansi, Nota, Struk, Bukti Pembayaran, & Rekam Medik selama Perawatan di Rumah Sakit krn terpapar Covid19 JGN LUPA minta tanda terima utk pengecekan selanjutnya.
Sumber :
1. Bapak Presiden Jokowi Widodo
2.Kementerian Kesehatan berdasarkan Keputusan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KMK RI no. HK.01.07_MENKES_4344_2021)"
Lalu benarkah pesan berantai yang menyebut pasien covid-19 di RS bisa mengklaim sendiri biaya pada pemerintah melalui Dinas Kesehatan setempat? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, pesan berantai yang menyebut pasien covid-19 di RS bisa mengklaim sendiri biaya pada pemerintah melalui Dinas Kesehatan setempat adalah hoaks.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement