Liputan6.com, Jakarta - Unicorn teknologi digital yang berbasis di Singapura, Grab, mantap untuk go public dengan melepas saham perdana atau initial public offering (IPO) pada akhir tahun ini. Hal itu disampaikan perusahaan pada Senin, 2 Agustus 2021 ketika mengumumkan pembaruan dari rencana tersebut yang sebelumnya ditargetkan pada awal Juli.
Grab adalah salah satu startup terbesar di Asia Tenggara, yang menawarkan layanan berbasis aplikasi seperti ride-hailing, pengiriman makanan, dan pembayaran seluler.
Advertisement
Pada April 2021, perusahaan mengumumkan rencana untuk go public di Nasdaq melalui merger dengan Altimeter Growth (AGC), sebuah perusahaan akuisisi tujuan khusus (special purpose acquisition company/SPAC) dengan valuasi hampir USD 40 miliar. Rencana Grab memberi investor AS eksposur ke ekonomi Asia Tenggara yang tumbuh cepat tetapi kurang terwakili.
Pada Juni, merger SPAC diundur ke kuartal-IV 2021. Penundaan itu terjadi ketika Komisi Sekuritas dan Bursa AS memperketat pengawasan atas SPAC.
"Kami tetap berada di jalur yang tepat untuk menutup usulan kombinasi bisnis kami dengan Altimeter Growth Corp. pada akhir tahun ini," kata Presiden Grab Ming Maa, seperti dikutip dari Nikkei Asia, Selasa (3/8/2021).
Dalam pengajuan perusahaan ke otoritas pasar modal AS (United States Securities/SEC) pada hari yang sama, perusahaan mencatat kombinasi bisnis diperkirakan selesai pada kuartal keempat 2021, setelah menerima persetujuan yang diperlukan oleh pemegang saham AGC dan pemenuhan kondisi lainnya.
Adapun pemegang saham utama Grab termasuk SoftBank Vision Fund, Uber Technologies, Didi Chuxing China dan Toyota Motor. Setelah selesainya merger, Grab akan memiliki enam dewan direksi termasuk CEO Anthony Tan, dan empat direktur independen. CEO Uber Dara Khosrowshahi, yang saat ini menjabat sebagai direktur, akan melanjutkan kedudukannya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Grab
Grab juga mengumumkan pendapatannya untuk tiga bulan hingga Maret 2021. Kerugian bersih untuk kuartal tersebut adalah USD 652 juta atau sekitar Rp 9,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.427 per dolar AS), dibandingkan dengan kerugian USD 771 juta atau sekitar Rp 11,11 triliun pada periode tahun lalu. Nilai barang dagangan kotor (Gross merchandise value/GMV) untuk kuartal pertama adalah USD 3,6 miliar, naik 5 persen dari tahun sebelumnya karena meningkatnya permintaan untuk layanan pengiriman makanan dan bahan makanan.
GMV untuk pengiriman makanan dan bahan makanan meningkat 49 persen pada tahun ini, sedangkan untuk bisnis transportasinya turun 36 persen karena penguncian akibat pandemi di seluruh Asia Tenggara.
Perusahaan tidak mengungkapkan angka untuk kuartal April-Juni. "Kuartal kedua kami melihat ketahanan yang berkelanjutan dan kinerja yang kuat dari bisnis kami, dikombinasikan dengan pelaksanaan operasional yang disiplin," ujar Chief Financial Officer Peter Oey.
Menurut pengajuan Senin, Grab mengharapkan GMV sebesar USD 16,7 miliar untuk tahun penuh 2021, naik sekitar 35 persen dari USD 12,5 miliar pada 2020.
--
Advertisement