Liputan6.com, Yogyakarta - Mahasiswa program doktor bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Fitri Damayanti, meneliti berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh pasangan infertilitas dalam program bayi tabung di berbagai klinik dan rumah sakit di Indonesia.
Survei dilakukan pada 17 wanita yang menjalani program bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) di klinik infertilitas di Indonesia.
Selanjutnya, ada 214 partisipan infertilitas yang mengisi kuesioner FertiQoL online soal alokasi anggaran atau biaya yang dibutuhkan untuk terhindar dari satu kasus infertilitas dari perspektif sosial. Hasil penelitian diketahui besaran biaya yang dikeluarkan untuk satu siklus program bayi tabung berdasarkan kelompok umur kurang dari 35 tahun dengan rata-rata biaya total Rp 99 juta.
"Untuk kelompok usia 35-39 tahun sebesar Rp112 juta, dan usia di atas 40 tahun sebesar Rp109 juta," kata Fitri dalam ujian terbuka promosi doktor, Jumat 30 Juli 2021.
Baca Juga
Advertisement
Kelompok infertilitas dibagi lagi dalam kelompok gangguan kesuburan wanita yang rata-rata harus mengeluarkan sebesar Rp94 juta dan gangguan kesuburan pria sebesar Rp 110 juta. Sedangkan, gangguan kesuburan pria dan wanita mengeluarkan biaya sebesar Rp 114 juta.
"Sedangkan berdasarkan jenis metode yang digunakan, ada dua yaitu siklus semi natural sebesar Rp53 juta, injeksi hormon mengeluarkan biaya rata-rata lebih banyak, yaitu Rp110 juta," paparnya.
Berdasarkan pemilihan fasilitas kesehatan yang dipilih pasangan infertilitas terbagi menjadi dua yakni rumah sakit negeri dengan biaya rata-rata yang yang dikeluarkan sebesar Rp102 juta dan RS swasta sebesar Rp143 juta.
Jika ditotal berdasarkan biaya yang diestimasi berdasarkan hasil skor FertiQoL pada kelompok wanita mengeluarkan biaya sebesar Rp 123 juta. Namun, yang menarik dari penelitian tersebut diketahui sebanyak 32,2 persen orang dengan infertilitas mengalami gangguan kejiwaan, yaitu depresi 16,36 persen dan ansietas 16,36 persen.
Dari penelitian tersebut, Fitri menuturkan infertilitas merupakan masalah kesehatan reproduksi yang membawa implikasi psikososial yang negatif, double burden of disease karena pembiayaan yang tinggi dan menjadi beban psikologis bagi pasangan yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi.