Lionel Messi dan 5 Pernyataan Paling Kontroversial Tentangnya

Lionel Messi telah menjadi subyek dari banyak pernyataan kontroversial dari kritikus, pakar, dan pesepak bola selama 17 tahun kariernya.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 03 Agu 2021, 13:00 WIB
Lionel Messi - La Pulga dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak di ajang Copa America 2021. (Foto: AP/Andre Penner)

Liputan6.com, Jakarta - Lionel Messi bisa dibilang pesepak bola terhebat sepanjang masa. Kemenangan Messi di Copa America 2021 bersama Argentina semakin menguatkan predikat itu.

Sejak melakukan debut seniornya untuk Barcelona pada 2004, Messi telah mencetak 748 gol dalam 929 pertandingan untuk klub dan negara. Saat ini, dia juga telah memberikan 358 assist, torehan yang cukup mencengangkan.

Messi secara konsisten menjadi penyerang serba bisa dalam arti yang sebenarnya. Dia tidak hanya mencetak gol demi gol, tapi juga menciptakan banyak peluang mencetak gol untuk rekan satu timnya dan sering turun ke dalam untuk membantu permainan transisi.

Messi juga memiliki rekor bagus dalam pertandingan besar dan telah membuktikan berkali-kali bahwa penyerang dapat memiliki permainan bagus tanpa mencetak gol. Tetapi, bukan berarti dia tidak pernah dikritik.

Messi telah menjadi subyek dari banyak pernyataan kontroversial dari kritikus, pakar, dan pesepak bola selama 17 tahun kariernya. Berikut 5 pernyataan kontroversial dan kritis tentang Lionel Messi seperti dikutip dari Sportskeeda.

 

Saksikan Video Lionel Messi di Bawah Ini


5. Lionel Messi harus pergi ke Real Madrid dan membuktikan segalanya di sana seperti Cristiano Ronaldo

Pemain Real Madrid Cristiano Ronaldo membantu pemain Barcelona Lionel Messi untuk bangkit dalam laga El Clascio Liga Spanyol di Santiago Bernabeu, Sabtu (23/12/2017). Barcelona menang 3-0 di laga itu. (AP Photo / Francisco Seco)

Sangat sulit untuk menemukan alasan yang tepat untuk kutipan ini dan itulah yang membuatnya aneh. Mantan legenda Boca Juniors Hugo Gatti mempertimbangkan perdebatan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi dengan kutipan terkenal ini pada 2020.

"Sepertinya saya anti dengan Argentina, tetapi sampai Messi bermain di pertandingan besar, dia akan selalu menjadi pemain laga kandang," kata Gatti.

"Dia harus mempunya nyali untuk pergi ke Real Madrid dan membuktikan segalanya di sana seperti Cristiano (Ronaldo) . Jika tidak, dia hanya akan menjadi pemain biasa saja."

Barcelona merupakan raksasa di La Liga Spanyol, selain Real Madrid. Seandainya Gatti menyarankan Messi pindah ke Liga Inggris atau Serie A Italia, kedua liga di mana Ronaldo unggul, itu akan masuk akal.

Menyarankan Messi harus pindah ke rival abadi Blaugrana, yang berada di liga yang sama, sebagai sarana untuk membuktikan dirinya tampaknya tidak benar-benar membawa banyak valensi.

 


4. Ronaldo memiliki sebagian gairah Maradona, Messi tidak memilikinya

Dua bintang sepak bola, Lionel Messi (depan, Barcelona) dan Cristiano Ronaldo (belakang, Real Madrid), pada laga La Liga di Camp Nou, Minggu (6/5/2018). (AFP/Josep Lago)

Setelah meninggalnya Diego Maradona pada 2020, perdebatan siapa pemain terbaik dunia tampaknya semakin memanas. Sebab, banyak pemirsa dan ahli sepak bola lebih tua terus percaya bahwa Maradona atau Pele adalah pemain terhebat yang menginjakkan kaki di lapangan.

Manajer Benfica Jorge Jesus adalah salah satu dari mereka yang percaya bahwa Maradona merupakan pemain terbaik yang pernah dilihatnya. Dia juga tampaknya lebih memilih Cristiano Ronaldo daripada Lionel Messi karena satu alasan mendasar:

"Hari ini, di antara dua yang terbaik di dunia, Cristiano Ronaldo memiliki sedikit dari itu (apa yang dimiliki Maradona). Messi tidak memiliki apa-apa. Dia tidak memiliki gairah," katanya.

"Messi adalah pemain hebat. Tetapi, kita berbicara tentang kehidupan dan perasaan, memiliki gairah untuk permainan dan sepak bola. Saya pikir Maradona berada di atas siapa pun dalam hal itu."

Mereka yang mengamati Copa America, baru-baru ini, akan tahu bahwa Messi memiliki gairah yang luar biasa untuk permainan. Bahkan, dia bermain dengan kaki berdarah di perempat final melawan Ekuador sebelum menangis di peluit akhir ketika Argetia menang.

 


3. Messi adalah Messi ketika dia bermain untuk Barcelona dan dia adalah Messi lainnya bersama Argentina

Lionel Messi - Messi menjadi penerus nomor punggung 10 setelah Ronaldinho hijrah ke AC Milan. Messi menggunakan nomor 10 di Barcelona sejak 2008 hingga sekarang. (AFP/Gabriel Bouys)

Rintangan terbesar Messi sejak melakukan debut internasionalnya pada 2005 adalah beban ekspektasi. Seorang pemain yang hampir memenangkan semuanya dengan Barcelona, rekornya dengan Argentina belum begitu produktif.

Sebelum memenangkan Copa America 2021, Messi hanya meraih trofi Piala Dunia U-20 dan medali emas Olimpiade bersama Timnas Argentina.

Alasan utama untuk ini terkait dengan gaya kepemimpinan Messi. Dia sering terlihat sebagai pemain yang lebih suka membiarkan bola berbicara di lapangan.

Tidak banyak yang memandangnya sebagai pemimpin yang vokal. Ini adalah kualitas yang banyak dikaitkan dengan orang-orang seperti Cristiano Ronaldo dan Diego Maradona dalam debat siapa pemain terbaik.

Almarhum Maradona kerap mengkritik Messi atas perbedaan performanya dengan Barcelona dan Argentina. Tiga tahun lalu, Messi memutuskan untuk mengambil cuti singkat dari tugas nasional saat Argentina disingkirkan Prancis di babak 16 besar Piala Dunia 2018.

Maradona mengatakan: "Kita seharusnya tidak lagi mendewakan Messi. Dia adalah Messi ketika dia bermain untuk Barcelona. Messi adalah Messi ketika dia mengenakan kaus itu dan dia adalah Messi yang lain bersama Argentina."

Legenda Argentina itu juga mengkritik kepemimpinan Messi. "Dia pemain hebat tapi dia bukan seorang pemimpin. Tidak ada gunanya mencoba menjadi pemimpin dari seorang pria yang pergi ke toilet 20 kali sebelum pertandingan," ucap Maradona.

 


2. Messi hanya memiliki satu keterampilan

1. Pele - Top skor Brazil sepanjang masa pernah mencicipi dunia perfilman bersama aktor kawakan Sylvester Stallon di film Escape to Victory pada tahun 1981. (AFP/Mauro Pimentel)

Kutipan kontroversial lainnya datang dari legenda sepak bola Pele pada 2018. Mantan pemain Timnas Brasil itu ditanya apakah dia setuju dengan orang-orang yang berpendapat bahwa Messi adalah pemain terhebat sepanjang masa.

"Bagaimana Anda bisa membuat perbandingan antara seorang pria yang menyundul bola dengan baik, menembak dengan kiri, menembak dengan kanan dan orang lain yang hanya menembak dengan satu kaki, hanya memiliki satu keterampilan dan tidak menyundul bola dengan baik?" kata Pele.

Pernyataan Pele selanjutnya mengklarifikasi bahwa dia membandingkan Messi dengan dirinya sendiri. "Bagaimana Anda bisa membandingkannya? Untuk membandingkan dengan Pele, harus ada seseorang yang menembak dengan baik dengan kiri, menembak dengan baik dengan kanan, dan mencetak sundulan," ucap pemenang tiga Piala Dunia itu bersama Brasil.

 


1. Keputusan untuk menghadiahkan Messi Bola Emas di Piala Dunia 2014 adalah salah

Lionel Messi (kanan) tertunduk lesu usai mendapat trofi Golden Ball di Piala Dunia 2014, Brasil, Senin (14/7/14). (AFP PHOTO/Juan Mabromata)

Kembali pada 2014, Messi memimpin Argentina ke final Piala Dunia. Meski memiliki banyak peluang untuk mencetak gol, Albiceleste hancur di bawah tekanan melawan Jerman. Jerman memenangkan pertandingan berkat gol Mario Gotze di babak perpanjangan waktu.

Messi tampak sedih saat dia memenangkan Golden Ball, diberikan kepada pemain terbaik di Piala Dunia. Dia mencetak empat gol dan memberikan satu assist selama turnamen saat Argentina melaju ke final secara tak terduga.

Messi dilaporkan terus menggumamkan 'yang terbaik, tetapi bukan sang juara', saat menerima penghargaan individu. Hal itu diungkapkan mantan presiden FIFA Sepp Blatter pada 2016.

Namun, kutipan yang lebih kontroversial dari Blatter datang beberapa bulan setelah final Piala Dunia 2014. "Saya pikir keputusan (menghadiahkan Messi Bola Emas) tidak benar. Saya terkejut ketika menerima keputusan komite. Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka hanya melihat 10 pemain yang ambil bagian di final," katanya.

Meski gagal mencetak gol di babak sistem gugur, Messi berperan penting dalam perjalanan Argentina ke final. Dia mencetak empat dari enam gol penyisihan grup Argentina, termasuk gol di menit ke-90 atas Iran.

Messi juga membantu gol kemenangan Angel di Maria di perpanjangan waktu melawan Swiss di babak 16 besar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya