Atlet Inggris Sebut Akomodasi Olimpiade Tokyo 2020 di Sapporo sebagai Penjara

Selain akomodasi, atlet Olimpiade Tokyo 2020 ini juga mengkritik makanan yang disajikan.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Agu 2021, 16:05 WIB
Atlet jalan cepat asal Inggris,Tom Bosworth, yang berlaga di Olimpiade Tokyo 2020. (dok. Instagram @tombosworth/https://www.instagram.com/p/CR5VU4fDLsX/)

Liputan6.com, Jakarta - Atlet jalan cepat dari Inggris Raya, Tom Bosworth, mencap akomodasi Olimpiade Tokyo 2020 di Sapporo sebagai "penjara." Ia bahkan mengecam kualitas makanan yang disajikan sebagai "air kotor."

Melansir The Sun, Selasa (3/8/2021), perlombaan jalan cepat dan maraton pria maupun wanita memang dipindahkan 805 kilometer (km) ke utara Tokyo untuk menghindari "iklim musim panas Jepang yang terlalu kuat." Artinya, atlet dalam kategori ini mau-tidak mau tinggal di luar Desa Olimpiade selama bertanding.

Melalui akun Twitter-nya, baru-baru ini, Bosworth membagikan video makanan di ruang makan. Namun, klip tersebut dihapus setelah jadi buah bibir warganet. Tercatat di sana bahwa ia menulis, "Hei IOC Media, Anda tahu jutaan kantong uang yang Anda hasilkan dari Olimpiade? Apakah ada peluang di minggu balapan kami, kami bisa mendapatkan makanan? Maksud saya makan yang benar?"

"Bukan kuah dingin, bawang kukus, atau pasta setengah matang? Ini adalah 'puncak olahraga'. Sapporo terasa seperti penjara. Selamat datang di ruang makan sekolah penuh keringat yang didapat dari kerja keras seumur hidup," sambungnya.

"IOC Media, adakah kemungkinan Anda bisa lebih sedikit fokus pada atlet? Apakah kami berkesempatan mendapatkan udara segar, selain dari lap latihan 900m yang kami miliki? Secangkir kopi juga akan sangat membantu," tandas Bosworth.

Sementara Komite Olimpiade Tokyo 2020 belum mengeluarkan komentar resmi terkait komentar tersebut, tim Inggris Raya dilaporkan tengah menyelidiki klaim yang dibuat Bosworth. Komentar si atlet menimbulkan pro kontra di media sosial. Beberapa menganggapnya "kasar" karena tidak menyampaikan keluhannya di "jalur yang benar," namun ada juga yang mengaku paham mengapa ia melakukannya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bukan Hebohan Pertama

Tempat tidur yang akan digunakan para atlet pada Olimpiade 2020 dan Paralimpiade 2020 terbuat dari kardus bekas. (JIJI PRESS / AFP)

Ini tentu bukan kehebohan pertama yang dihadirkan Olimpiade Tokyo 2020 di media sosial. Selain catatan para kemenangan para atlet, tempat tidur kardus para atlet Olimpiade telah jadi "topik perbincangan berkepanjangan" di media sosial.

Topik ini bermula dari kicauan pelari Amerika Serikat, Paul Chelimo, yang menyebut tempat tidur tersebut hanya dapat menahan berat satu orang untuk menghindari "situasi di luar olahraga." Sementara yang terbaru, pemain bisbol Israel, Ben Wanger, mencoba menguji apakah tempat tidur kardus para atlet Olimpiade Tokyo 2020 hanya dapat menahan berat satu orang, dan membuat warga Jepang geram.

Klip yang diunggah di akun TikTok-nya itu memperlihatkan Wagner dan sesama atlet Olimpiade Israel melompat di tempat tidur. Mereka menambah jumlah orang setiap kali, hingga ranjang itu rusak ketika sembilan orang melompat pada waktu bersamaan.

"Saya mengerti rasa penasaran seberapa kuat tempat tidur kardus, tapi saya pikir jika sembilan pria dengan fisik yang baik melompat di atasnya, kerangka ranjang, bahkan jika itu terbuat dari kayu atau baja tahan karat, mungkin akan bengkok. Pikirkan lagi mengapa kalian ada di sana. Semoga penampilan kalian sukses," tulis seorang warganet.


Pendekatan Ramah Lingkungan

Tempat tidur yang akan digunakan para atlet pada Olimpiade 2020 dan Paralimpiade 2020 terbuat dari kardus bekas. (JIJI PRESS / AFP)

Tempat tidur kardus sebenarnya telah lama digunakan sebagai ranjang darurat di tempat pengungsian bencana. Namun, penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 memperkenalkannya sebagai pendekatan ramah lingkungan.

"Itu (tempat tidur kardus) akan didaur ulang jadi produk kertas setelah Olimpiade. Kemudian, komponen kasur didaur ulang jadi produk plastik baru," kata penyelenggara, melansir Says.

Mengutip laman resminya, pihak penyelenggara juga menuliskan bahwa inisiatif ini diambil untuk memenuhi tanggung jawab dalam menghadirkan acara olahraga yang berkelanjutan. Juga, menampilkan model solusi dari tantangan keberlanjutan global pada orang-orang di Jepang dan seluruh dunia.

Praktiknya termasuk mempromosikan penghematan energi dan penggunaan energi terbarukan sebanyak mungkin. Di samping, mereka juga menyusun Kode Sumber Daya Berkelanjutan untuk produk dan layanan yang akan dibeli, serta memakai hanya produk berlisensi berkelanjutan.


Infografis Olimpiade Tokyo 2020

Infografis Olimpiade Tokyo 2020. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya