Mari Tong Simak 4 Tips Sederhana dari Pakar Supaya Tra Terjebak Hoaks

Artikel dengan bahasa Papua ini bagian dari program Liputan6.com melawan hoaks.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 03 Agu 2021, 15:28 WIB
Ilustrasi Pelaporan Berita Palsu Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks su semakin banyak tahun ini karena ada pandemi Covid-19. Berita palsu itu tra hanya muncul di sosmed, tapi juga di percakapan. Su tra heran lagi kalau hoaks jadi salah satu masalah terbesar bagi tong saat ini. Hoaks yang tersebar itu bisa dalam bentuk artikel, foto, bisa juga video.

Samua pihak su melakukan segala upaya untuk kurangi penyebaran hoaks. Mulai dari kas ancaman hukuman sampe menerapkan beberapa kebijakan dari platform media sosial.

Trus bagaimana cara yang gampang supaya tong bisa kenali hoaks? Berikut de pu rangkuman, seperti Joe Galvin, manajer editor Storyful bilang dalam dia pu website verifikasi informasi online dari Republik Irlandia.

Pakai Masker, Cuci Tong Pu Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Bakumpul.

Selalu Jaga Kesehatan, Jaga Tong Pu Keluarga dan Jang Sampe Tong Tertular.

Tips dari Pakar

1. Cari berita dari dia pu sumber asli

Kalau ko ketemu kalimat macam “berdasar dari x” atau “telah dilaporkan” atau “ini klaim dari” maka itu su jadi tanda. Ko harus cari sumber asli dari kabar itu. Tapi dong banyak yang rasa tra punya waktu untuk itu. Padahal cepat saja.

Ko harus mulai tanya pada ko pu diri sendiri dulu, “Berita ini dari sumber asli ka bukan? Ada de pu saksi ka trada? Apa dong yang tulis berita ini ada di lokasi kejadian? Trus, nama-nama yang dong sebut itu ada dia pu hubungan deng informasi ka trada?”

Kalau trada, berarti ko harus berpikir dua kali lagi untuk terima kabar itu benar ka bukan. Tong bisa dapat sumber asli dari website resmi atau akun media sosial dari berita terkait.

 


2. Bagaimana ko pu perasaan

2. Bagaimana ko pu perasaan setelah dapa berita itu?

Galvin juga bilang kalau salah satu cara supaya tong bisa tahu hoaks ka bukan, itu deng cara tong tanya diri sendiri dulu setelah dapat informasi tertentu.Apa ko ingin bagi berita itu secepatnya? Karena hoaks ini memang dong desain untuk mudah disebar. Baru, habis baca berita itu, apa ko merasa emosional macam rasa takut kah atau jijik kah.

Nama Galvin ini bilang lagi, kalau macam tong rasa takut atau ada reaksi lain begitu, nah perasaan begitu yang jadi motivator besar untuk tong sebar informasi hoaks. Selain itu, masyarakat dong memang senang deng rumor, bagosip, dan dong juga senang sekali jadi orang yang paling pertama kas kabar sesuatu.

Di aplikasi percakapan macam Whatsapp, kadang-kadang juga dibumbui info hoaks, macam cuma tong saja yang dapat, padahal info tersebut juga su menyebar ke orang lain lagi.

3. Cari kebenaran seutuhnya

Beberapa postingan atau artikel itu de pu isi bisa jadi seluruhnya hoaks. Tapi banyak juga yang dong pu isi mengandung sedikit kebenaran, jadi rasa macam masuk akal begitu. Postingan yang dia pu narasi ada unsur keduanya, kebenaran dan hoaks, memang berbahaya betul. Tong akan kesulitan sekali untuk bisa tahu postingan atau artikel macam itu hoaks ka bukan.

Tong bisa bayangkan ini ibarat makanan sehat. Misal dong bilang, kalo kam ingin sehat, maka kam harus makan lima kacang polong deng enam burger dari restoran junkfood. Betul memang ada dia pu bagian isi makanan sehat, tapi sebenarnya makanan itu lebih banyak yang sampah, to?

Jadi tong harus pikir informasi deng cara begitu. Supaya tong tau kalau sebutir kebenaran di narasi hoaks itu lebih bahaya karena su bisa bikin tong jadi sumbu pendek. Tong tra boleh mencemari tong pu pemikiran deng info buruk hanya karena ada sebutir saja kebenaran di sana.

 


Hal yang perlu ko tanamkan betul

4. Hal yang perlu ko tanamkan betul

Ada beberapa hal yang ko harus tanamkan betul waktu dapa informasi dari aplikasi percakapan atau sosmed.

- Apa atau sapa berita ini de pu sumber: Informasi ini datang dari sumber terpercaya ka trada? Ada bukti kalau klaim itu benar ka trada?

- Jang hanya baca dia pu judul saja: Banyak orang sebar artikel hanya dari berita pu judul saja, tapi tra baca dia pu isi lagi.

- Periksa dia pu detil informasi deng de pu tanggal: Kebanyakan informasi palsu atau hoaks itu kejadian yang memang betul ada, tapi su terjadi lama sekali.

- Bagaimana ko pu perasaan: Apa postingan ini dirancang supaya bikin ko marah ka, kecewa ka, atau terkejut?

- Tanya lagi ke diri sendiri "ini postingan serius ka bercanda": Kadang-kadang satir sering disalah-artikan jadi berita betul.

 

Artikel dengan bahasa Papua ini bagian dari program Liputan6.com melawan hoaks, digubah pegiat cek fakta Ana Septiana.

 


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com ini adalah media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. Cek Fakta Liputan6.com ini juga Facebook pu mitra untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di dia pu platform medsos tersebut.

Media ini juga bekerjasama deng 21 media nasional dan local lain dalam cekfakta.com supaya bisa verifikasi berbagai informasi yang masyarakat dapat.Kalau kam punya informasi seputar hoaks yang kam ingin tong cari tahu dan verifikasi, kam bisa sampaikan ke tim CEK FAKTA Liputan6.com di dong pu email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya