Madu Ternyata Tidak Selalu Manis

Tidak selalu madu terasa manis. Madu yang satu ini justru 80 persen didominasi rasa pahit.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 03 Agu 2021, 20:20 WIB
Kana Honey, salah satu produsen madu hutan premium. (dok. Kana Honey)

Liputan6.com, Jakarta - Madu, cairan kental yang dihasilkan lebah ini sering diidentikkan dengan rasa manis. Nyatanya, ada juga varian madu yang dominan pahit. Salah satunya dihasilkan dari madu di pedalaman Kalimantan Barat.

"Selama ini kita pikir madu (hitam) pahit itu ada campurannya. Tapi setelah dites, ternyata 100 persen alami," kata Caca Handika, Business Development PT Jayatama, produsen Kana Honey, kepada Liputan6.com, Selasa (3/8/2021).

Rasa pahit madu dipengaruhi jenis tetumbuhan yang sarinya diisap lebah hutan (Apis dorsata). Dalam hal ini, tumbuhan yang dimaksud adalah berbagai jenis tanaman pahit, seperti singkong karet, pelawan, kaliandra, dan mahoni.

"Aromanya lebih ke woody, sehingga di sana madu cenderung pahit atau kalaupun manis, rasanya tidak terlalu manis," sambung Dika.

Kadar gula madu Kalimantan juga tidak setinggi madu biasanya. Maka, peminumnya ditargetkan adalah mereka yang mengidap diabetes atau memiliki masalah dengan kadar gula tinggi. Madu juga sebaiknya diminum langsung atau dicampur sebagai minuman herbal.

"Madu kan pada dasarnya kadar gulanya tinggi," ujarnya.

Madu Kalimantan ini akan menjadi varian terbaru Kana Honey yang diluncurkan pekan depan. Brand tersebut lebih dulu menawarkan madu hutan NTT yang diperoleh dari pedalaman hutan Alor, Rote, dan Kupang. Rasanya lebih manis dan aromanya lebih ke vanila dan asam.

"Soalnya di sana juga dipengaruhi kayu cendana dan kayu putih," dia menambahkan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kekhasan Madu Hutan

Ilustrasi Madu Credit: pexels.com/Andonyi

Madu hutan, kata Dika, memiliki kekhasan dari warna. Cairannya cenderung lebih keruh dibandingkan madu yang diternak. Madu hutan juga cenderung lebih encer karena kadar airnya lebih tinggi dibandingkan madu ternak.

"Tapi, kami ada proses defumidifier atau penguapan kadar air, supaya madu tidak terfermentasi. Kadar airnya ditekan di 17 persen," ia menjelaskan. Defumidifier itu sesuai (SNI) No.3545-2013.

Ketersediaan madu hutan juga terbatas lantaran tidak bisa dipanen setiap waktu. Madu NTT, misalnya, hanya bisa dipanen antara Desember sampai Mei. Di luar itu, kualitas madu tidak bisa dibilang bagus. Karena itu, bisa dibilang madu hutan sebagai produk premium.

"Saat musim hujan, madu enggak bisa dipanen karena terlalu cair. Makanya, jumlahnya terbatas," ucapnya.

Lantaran terbatas, ada saja yang berusaha mencari keuntungan dengan memalsukannya. Untuk itu, ia menyarankan agar konsumen memilih produk yang sudah berlabel PIRT atau BPOM. Agar lebih meyakinkan lagi, konsumen bisa menguji madu di laboratorium.


Cara Penggunaan dan Penyimpanan

Ilustrasi Madu Credit: pexels.com/Roman

Madu sebaiknya disimpan di wadah kaca, bukan plastik. Menurut Dika, wadah plastik memiliki pori-pori yang bisa membuat madu mudah terfermentasi. Bila sudah begitu, kualitas madu juga menurun.

Madu juga tidak disarankan disimpan di tempat lembap. Kelembapan akan mengubah tekstur madu, hingga menurunkan kualitas. Madu juga tidak disarankan di tempat panas, karena akan merusak kandungan baiknya.

"Jadi kalau ada yang masukkan madu ke dalam kopi atau teh yang panas kayak gula, itu salah, karena akan merusak kandungan baik madunya. Sebaiknya, tunggu sampai hangat," ucapnya.

Tandanya bisa dikenali lewat mencelupkan jari ke minuman. Bila sudah hangat, barulah menambahkan madu.


5 Khasiat Madu untuk Perawatan Kecantikan

Infografis 5 Khasiat Madu untuk Perawatan Kecantikan. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya