Liputan6.com, Jakarta - PT Asuransi Allianz Life Indonesia melalui unit usaha Allianz Life Syariah telah sejak lama menyediakan program wakaf asuransi di layanannya. Kendati demikian, baru tercatat empat persen dari keseluruhan peserta yang mengambil program ini.
Total saat ini ada potensi sebesar Rp 24,8 miliar. Dari potensi wakaf berasal dari 298 peserta. Dengan penyaluran wakaf menyasar pada sarana yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Advertisement
Head of Sharia, Marketing & Business Support, Allianz Life Indonesia, Hendra Gunawan menuturkan manfaat dari wakaf lewat asuransi syariah.
Peserta asuransi syariah, misalnya di Allianz Life Syariah, bisa menyisihkan sebagian kontribusi iurannya untuk dibagi ke orang kelompok orang yang membutuhkan.
“bahwa seseorang atau peserta asuransi syariah memberikan dengan mewakafkan dari santunan asuransinya,” katanya dalam webinar mengenal Wakaf manfaat Asuransi Syariah, Selasa (3/8/2021).
Lebih lanjut ia mengatakan penyaluran akan bekerja sama dengan lembaga penyalur wakaf yang disebut Nazhir. Saat ini, Allianz Life Syariah telah bekerja sama dengan Iwakaf yang telah terbukti menyalurkan wakaf ke berbagai lokasi.
Terkait jenis sarananya, Hendra mengatakan banyaknya adalah salurah irigasi atau sumur, yang terbukti membantu masyarakat sekitar.
Selanjutnya, mengacu pada aturan yang telah ditetapkan, besaran iuran pada santunan asuransi untuk wakaf dibatasi maksimal sebesar 45 persen. Sementara 55 persen lainnya diberikan kepada ahli waris peserta asuransi syariah.
“Sementara manfaat investasi besaran yan bisa di wakafkan adalah 1/3, dan 2/3 didistribusikan ke peserta asuransi syariah,” katanya.
“Melalui wakaf manfaat asuransi dan manfaat investasi kita telah melakukan kebaikan dan maslahat kepada masyarakat luas,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Iwakaf memaparkan bahwa wakaf bukan semata dipandang dari sisi agama, tetapi juga dari aspek sosial, dan kesejahteraan umum.
“Sehingga syarat wakif itu gak harus dia seorang muslim, orang non musim juga bisa berwakaf.” Katanya.
Kemudian, ia menyalurkan wakaf sesuai dengan aspek kebermanfaatannya. Berbeda dengan penyaluran sedekah yang cenderung ke tampat-tempat terpencil atau kepada aspek ekonomi rendah, wakaf meninjau aspek kemanfaatan sarana yang dibangun.
“Misalnya, Bangun jembatan, irigasi, Sumur. Misalnya bangun masjid, tentu akan melihat wilayah yang membutuhkan yang minim masjid tapi padat penduduk,” katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tingkat Literasi Asuransi Masih Rendah
Kesadaran masyarakat terkait asuransi semakin meningkat sejalan dengan kesadaran terhadap risiko. Misalnya, pada keadaan saat pandemi, banyak orang yang menyadari pentingnya asuransi baik asuransi jiwa untuk kematian hingga asuransi penyakit kritis.
Kendati demikian, tingkat literasi asuransi syariah di Indonesia baru sebesar 2 persen, jauh lebih kecil di bawah tingkat keuangan syariah dengan 9 persen. Kendati keuangan syariah masih lebih umum ketimbang asuransi syariah.
Guna menyiasati hal tersebut, unit usaha PT Asuransi Allianz Life Indonesia, Allianz Life Syariah menyasar anak muda untuk menjadi peserta asuransi. Hal ini disampaikan Pimpinan Unit Usaha Syariah Allianz Life Indonesia, Yoga Prasetyo.
“Asuransi syariah ini posisnya masih jauh. Mungkin masih lebih besar konvensional. Terkait awareness, di asuransi syariah menghadapi 2 tantangan, pertama terkait (pemahaman) asuransi sendiri, kedua, masuk pada asuransi versi syariah,” katanya dalam webinar Mengenal Wakaf pada Manfaat suransu Syariah, Selasa (3/8/2021).
Selanjutnya ia mengatakan, pada dasarnya asuransi ini perlu pemahaman yang dijelaskan dari orang ke orang. Artinya, perlu disiapkan orang yang menjelaskan sesuai dengan target orang-orang yang akan mengambil asuransi.
Upaya Allianz menyikapi hal itu, dengan memanfaatkan agen-agen muda yang disebut Life Changer. “Produk asuransi itu harus dijelaskan oleh orang, nah ada Life Changer, Jadi nyambung (target anak muda),” katanya.
Yoga menuturkan, saat ini ia juga menyasar kaum muda atau milenial untuk sadar berasuransi. Ia menilai, kaum muda adalah saat yang tepat untuk memulai asuransi agar mampu memberi jaminan untuk selanjutnya.
“Terus memanfaatkan momentum ini, kita ingin kenalkan lagi ke generasi milenial, saat ini sudah 15300 tenaga pemasar, lebih setengahnya generasi milenial,” katanya.
Tenaga pemasar milenial ini yang jadi garda untuk menggaet minat-minat anak muda untuk sadar berasuransi. Tenaga pemasar yang disebut juga Life Changers itu adalah salah satu bagian dari inovasi produk lainnya.
Advertisement