Liputan6.com, Jakarta - Pemberlakuan pembelajaran jarak-jauh (PJJ) yang berlangsung lebih dari setahun terakhir melahirkan tingginya kesenjangan pendidikan (learning gap) di Indonesia.
Berdasarkan prediksi World Bank pada Agustus 2020, sebanyak 91.000 siswa di Indonesia memiliki kemungkinan untuk putus sekolah akibat tantangan ekonomi selama pandemi.
Advertisement
World Bank juga memprediksi bahwa skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia akan semakin memburuk. Padahal pada 2018, Indonesia sudah berada di ranking ke-72 dari 78 negara untuk bidang matematika.
Tantangan utama yang terjadi selama PJJ adalah guru dan staf pengajar kesulitan memantau performa murid satu per satu secara mendalam.
Tak seperti di ruang kelas, komunikasi yang terjadi di layanan virtual sangat terbatas dan mayoritas berjalan satu arah, sehingga guru memiliki keterbatasan untuk memberikan materi pelajaran yang berbeda-beda sesuai kemampuan para siswa.
Untuk mengatasi masalah ini, tenaga ahli di bidang pendidikan meyakini sistem pembelajaran adaptif (adaptive learning) akan berperan penting untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia.
Kepala Pusat Riset Telematika di Universitas Syiah Kuala, Kahlil Muchtar, mengungkapkan optimismenya terhadap penerapan pembelajaran adaptif di sistem pendidikan masa depan Indonesia.
"Pembelajaran adaptif menjadi metode yang direkomendasikan untuk kegiatan belajar, terutama di masa pandemi. Metode ini dirancang khusus untuk memberikan pengalaman belajar yang personal, sehingga setiap siswa berkesempatan mengejar ketertinggalan atau pun mengulang pelajaran agar mampu menguasai materi secara utuh, sebelum melanjutkan ke level yang lebih sulit," katanya melalui siaran pers yang Tekno Liputan6.com terima, Rabu (4/8/2021).
Tidak hanya di sekolah dan lembaga pendidikan, ia menyebut pendekatan pembelajaran adaptif cocok bagi siapa pun, terlepas dari latar belakang, profesi, umur, dan perbedaan level pengetahuan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Materi Pelajaran Dipersonalisasi
Metode pembelajaran adaptif memungkinkan materi pelajaran dipersonalisasi atau dirancang khusus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, sehingga mereka bisa belajar sesuai dengan tingkatan pemahaman dan pengetahuan mereka masing-masing.
Sebagai contoh di Indonesia, penerapan pembelajaran adaptif digarap secara serius oleh Zenius melalui layanan bernama ZenCore.
Platform ini menyediakan materi dan pelatihan adaptif untuk mengembangkan keterampilan fundamental pengguna. Di dalamnya terdapat dua fitur utama, yakni CorePractice dan CoreInsight.
Advertisement
Penjelasan CorePractice dan CoreInsight
CorePractice adalah tempat latihan dengan ratusan ribu soal dari tiga cabang konsentrasi utama, yaitu logika verbal, matematika, dan Bahasa Inggris.
Sementara CoreInsight menyediakan berbagai pengetahuan yang insightful seperti filsafat, sciences, dan big history--yang dapat digunakan untuk mendukung dan memperluas wawasan dan sudut pandang pengguna.
"Sejalan dengan misi utama Zenius, yakni menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kegiatan belajar, kehadiran fitur ZenCore diharapkan dapat membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan," kata Founder dan Chief Education Officer Zenius, Sabda PS.
Perusahaan optimistis penggunaan teknik baru ini dapat semakin memajukan sistem pendidikan Indonesia dan menjadi solusi untuk mengatasi learning gap yang semakin terasa di tengah pandemi.
"Dengan fitur ini, semua orang bisa belajar dengan kecepatannya sendiri-sendiri, tanpa takut tertinggal dengan orang lain," tuturnya memungkaskan.
Infografis Plus Minus Belajar dari Rumah Secara Online
Advertisement