Warga Dianiaya Sekuriti GBK Saat Minta Sertifikat Vaksinasi, Begini Kronologinya

Korban yang hendak mengambil sertifikat vaksinasi Covid-19 itu dipukul pelipisnya oleh oknum sekuriti GBK hingga berdarah.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Agu 2021, 08:49 WIB
Warga antre untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 gratis di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (26/6/2021). Vaksinasi ditargetkan dapat dilakukan kepada sekitar 8.000 hingga 10.000 peserta per hari. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang warga bernama Zaelani (26) diduga menjadi korban penganiayaan oleh oknum sekuriti di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat saat hendak mengambil sertifikat vaksinasi Covid-19. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (30/7/2021) sekitar pukul 11.30 WIB.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Wisnu Wardhana membenarkan adanya kasus pemukulan oleh oknum sekuriti GBK kepada warga. Menurutnya, kejadian itu hanya kesalahpahaman antara korban dan sekuriti.

Saat itu, korban hendak meminta surat keterangan atau sertifikat vaksinasi Covid-19 setelah menerima suntikan dosis I dan dosisi II.

"Kesalahpahaman aja, mis komunikasi. Jadi ini kan cuma minta, si korban ini minta surat keterangan vaksin dari pos, kaya di ping-pong gitu loh. (Dioper-oper) iya, dari sana dibalikin lagi ke sini ke pos yang sebelumnya seperti itu," ujar Wisnu kepada wartawan, Selasa (3/8/2021).

Korban yang merasa dioper-oper sempat terlibat cekcok dengan sekuriti yang ada di pintu GBK hingga terjadi pemukulan.

"Ributlah sama sekuriti, karena yang bersangkutan kan bingung ini kok diping-pong begitu. Yang satu ngeyel, yang satu enggak sabaran. Begitu lah kira-kira," jelasnya.

Wisnu menegaskan, kasus tersebut tengah diproses penyidik Polres Metro Jakarta Pusat. "Dari kita masih proses sesuai prosedural. Kita akan selesaikan secara hukum.".

Kasus dugaan penganiayaan itu telah dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Pusat pada Sabtu (31/7/2021) malam. Laporan terdaftar dengan nomor LP/B/997/VII/2021/SPKT/PolresMetroJakpus/PoldaMetroJaya.

Pengacara korban, Kinta Nasution menyebut, kliennya mengalami luka robek pada bagian pelipis sebelah kiri dan mengeluarkan cukup banyak darah. Korban juga merasa sakit pada bagian punggung.

"Luka ada di pelipis bagian sebelah kiri, luka robek. Terus di punggung juga ada yang dia rasa sih memang satu kali, cuma itu bisa imbas ke punggung sebelah kiri itu dia juga enggak ngerti. Padahal dia enggak jatuh. Mungkin karena kondisi begitu dia enggak tahu lagi apa yang terjadi, cuma seingat dia dipukul sekali di pelipis yang ngocor darah itu," katanya.

Kini, kondisi korban masih dalam masih pemulihan atau istirahat selama lima hari kedepan sesuai dengan anjuran dokter.

"Kondisi terakhir itu penglihatan jadi enggak bagus, jadi kurang jelas. Sering pusing juga, karena kan setelah dipukul itu kan enggak cuma dari pelipis aja yang ngeluarin darah, dari hidung juga keluar darah. Karena kan dia mengalami trauma juga, jadi istirahat saja dulu," ucap Kinta.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kronologi Versi Korban

Petugas keamanan berjaga di Pintu Masuk 10 Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (20/7). Untuk memperlancar proses persiapan Asian Games 2018, kawasan GBK kembali ditutup untuk umum. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pengacara korban, Kinta Nasution membeberkan kronologi penganiayaan yang dialami kliennya saat hendak meminta sertifikat vaksinasi Covid-19 di GBK, Senayan. Korban mendatangi GBK setelah menghubungi layanan hotline 119 pada Kamis 29 Juli 2021.

"199 mengatakan bahwa bapak bisa meminta (sertifikat) di tempat bapak vaksin kemarin di Gelora Bung Karno. Nah tanggal 30 Juli 2021, hari Jumat didampingi kawannya minta tolong kawannya ke Gelora Bung Karno di pintu V," kata Kinta.

Setibanya di pintu V GBK, Zaelani dan temannya tidak diizinkan masuk dengan alasan tidak terdaftar. Korban kemudian memberikan penjelasan terkait saran yang diberikan 119 perihal mengambil sertfikat vaksinasi Covid-19. 

"Kalau begitu bapak ke pintu dua aja, dibalikin ke pintu II. Begitu di pintu II, di sini enggak bisa pak, kalau orang yang enggak ada jadwal enggak bisa. Bapak ke pintu V deh, nah balik lagi ke pintu V, diping-pong gitu," ujarnya.

Saat kembali di pintu V, sempat terjadi perdebatan antara korban dengan sekuriti. Bahkan seorang sekuriti sempat mengancam akan memukul korban dengan pentungan karena ngotot ingin masuk. Tak berselang lama, sejumlah sekuriti berdatangan ke pintu V. Cekcok pun tak terhindarkan.

"Nah terus makin lama makin datang sekuriti yang lain, dia merasa kok jadi ngerahin pasukan. Terus sempat didorong, dipukul lah sama sekuriti yang baru dateng. Jadi yang mukul itu bukan sekuriti yang pertama kali mengatakan 'Gua pentung juga ini', bukan sekuriti ini yang mukul," ucap Kinta.

Setelah dipukul pelipisnya hingga berdarah, korban sempat kabur menyelamatkan diri. Namun, korban ternyata dikejar dengan menggunakan mobil patroli GBK.

"Akhirnya ditangkap, dipegang suruh tiarap darah masih ngocor. Terus sekuriti yang lain lagi menggunakan motor, alasannya ingin diobati. Lalu diajak ke ruangan kosong di daerah GBK juga. Dia ngerasa enggak nyaman, kok gua dibawa ke ruangan kosong," katanya.

Korban lantas keluar dari gedung tersebut sambil menunggu pesanan ojek online yang sudah ia pesan. "Di gedung kosong itu Zaelani sudah memesan grab untuk mencoba mencari menyelamatkan diri dan grab sudah dateng langsung di-cancel sekuriti, enggak boleh. Maksudnya diajak ke klinik yang dimaksud ya. Memang ada gedung klinik, tapi tutup."

Diintimidasi

Setelah ojek online-nya dibatalkan dan klinik tutup, sekuriti tersebut mendapatkan perintah dari sekuriti lainnya untuk membawa korban ke pos yang berada dekat dengan pintu V.

"Di situ kurang lebih delapan orang sambil darah ngocor disuruh bikin surat perdamaian dengan diintimidasi. Ya sudah, kalau enggak kita kawal polisi saja. Mungkin dia berpikir, gua lebih parah atau gimana gitu, karena kan masyarakat awam," kata Kinta.

"Terus disuruh bikin tandatangan perdamaian di atas materai, memang kawannya diantar itu oleh sekuriti yang lain ke pos itu. Melihat darahnya masih ngocor, si kawannya ini menyarankan. Ya sudah deh, daripada luka lu belum diobatin gitu. Intinya untuk mengakhiri adanya tindakan pengobatan yang ada di lukanya gitu," imbuhnya.

Setelah menandatangani surat tersebut, akhirnya Zaelani bersama dengan temannya tersebut pergi untuk mengobati luka yang dideritanya itu. "Kalau untuk tindakan pengobatan itu dilakukan oleh Zaelani dan kawannya sendiri di RSPP, tidak oleh pihak GBK."

 

Reporter: Nur Habibie

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya