Liputan6.com, Sydney - Pihak berwenang melaporkan bahwa seorang pria Australia berusia 20-an meninggal di rumahnya karena COVID-19 di Sydney. Ini merupakan salah satu kematian termuda akibat virus corona di negara itu.
Melansir Channel News Asia, Rabu (4/8/2021), pria yang belum divaksin tersebut menjalani isolasi rumah selama 13 hari setelah dites positif ketika kesehatannya memburuk dengan cepat, kata pihak berwenang. Selain itu, diketahui bahwa dia tinggal bersama satu orang yang sebelumnya menjalani perawatan di rumah sakit karena terinfeksi COVID-19.
Baca Juga
Advertisement
Kematian itu menyoroti risiko dari virus dan pentingnya mendapatkan vaksinasi, kata para pemimpin kesehatan, yang telah menetapkan target agar setengah dari populasi Sydney diinokulasi sebelum mencabut penguncian kota pada tanggal target 28 Agustus.
"Ini menunjukkan lagi bagaimana penyakit ini mematikan, bagaimana hal itu mempengaruhi orang-orang dari segala usia," kata Gladys Berejiklian, perdana menteri negara bagian New South Wales, di mana Sydney adalah ibu kotanya.
Identitas pria itu dan bagaimana dia tertular virus tidak diungkapkan.
Dia tinggal di Sydney barat daya, pusat wabah yang terkait dengan jenis virus Delta yang telah merusak kota terpadat di negara itu selama berminggu-minggu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kematian Pasien Isoman
Dari sekitar 17 kematian akibat virus sejak wabah dimulai pada Juni, hampir sepertiga adalah mereka yang menjalani isolasi mandiri di rumah, menurut pemerintah. Kematian pria itu dirujuk untuk pemeriksaan resmi, kata pihak berwenang.
Seorang wanita berusia 80-an juga meninggal di rumah sakit pada hari terakhir, menjadikan total nasionalnya menjadi 927 sejak awal pandemi.
Pada hari Rabu, Sydney melaporkan 233 kasus baru, naik dari 199 sehari sebelumnya.
Total infeksi dalam wabah terburuk di negara bagian itu sejak awal pandemi mencapai 4.000 sejak yang pertama terdeteksi pada 16 Juni.
Dalam upaya untuk menangkap lonjakan kasus, pihak berwenang telah mengambil tindakan pencegahan yang agresif, termasuk menutup pinggiran kota yang berisiko tinggi dan meminta militer untuk membantu polisi menegakkan aturan penguncian.
Advertisement