Kembali Lestari Lahan Kritis di Hulu Sungai Citanduy

Sebagai perusahaan energi terbarukan kelas dunia, pertamina konsen melakukan penghijauan untuk melestarikan alam sekitar, terutama di area lokasi produksi.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 06 Agu 2021, 06:00 WIB
Area Manager PGE Karaha Andi Joko Nugroho menyerahkan bibit pohon ganitri kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Epi Kustiawan, saat pelaksanaan penghijauan di area lahan kritis Kawah Karaha, Tasikmalaya. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Tasikmalaya - Hujan rintik disertai kabut tebal, tak menghentikan perwakilan Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Karaha, Tasikmalaya, Jawa Barat untuk menyerahkan ribuan bibit pohon tanaman untuk melakukan penghijauan di area lahan kritis kawasan Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Tasikmalaya.

Upaya tersebut diharapkan mampu menjaga kelestarian hutan kawasan Karaha, sebagai salah hulu sungai Cikidang yang bermuara langsung ke DAS Citanduy.

Area Manager PGE Karaha Andi Joko Nugroho mengatakan, sebagai perusahaan energi terbarukan kelas dunia, pertamina serius melakukan penghijauan untuk melestarikan alam sekitar, terutama di area lokasi produksi.

"Kebetulan kami diarahkan untuk lahan kritis salah satunya di daerah Kadipaten, jadi ini rutin kami lakukan, cuma tempatnya dikoordinasikan dengan kabupaten," ujarnya di sela-sela penghijauan penanaman bibit pohon, yang dilakukan PGE Are Karaha di area lahan kritis Gunung Karaha, Tasikmalaya, Rabu (4/7/2021).

Menurutnya, masa depan sektor energi terbarukan seperti panas bumi, tergantung kelestarian alam sekitar ebagai penyangga utama ketersediaan air. “Air terutama air tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungan sekitar, dimana kalau pohonnya bagus jadi penyerapan airnya juga bagus,” kata dia mengingatkan.

Dalam prakteknya, ketersediaan air tanah yang melimpah, sangat dibutuhkan dalam proses produksi panas bumi, untuk menghasilkan energi terbarukan yang berkelanjutan. “Sudah terbukti di dunia bisa 30 tahun, 40 tahun, harus kita jaga untuk input airnya, salah satunya dengan program ini (penghijauan),” kata dia.

Dengan adanya program penghijauan di area kritis, terutama di sekitar kawasan produksi PGE berlangsung, Andi berharap ketersediaan air serta cadangan energi lainnya terjaga dengan baik.

“Kalau hutannya gundul otomatis kontinyuitas terganggu, karena geotermal itu sustainable (berkelanjutan) yang bisa puluhan tahun,” kata dia.

 

Simak video pilihan berikut ini:


Kembangkan Agroforestri

Area Manager PGE Karaha Andi Joko Nugroho menyerahkan bibit pohon ganitri kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Epi Kustiawan, saat pelaksanaan penghijauan di area lahan kritis Kawah Karaha, Tasikmalaya. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Seiring mulai masuknya permintaan masyarakat, terutama area binaan CSR Pertamina, Andi menyatakan lembaganya mulai mengembangkan penghijauan dengan pola tanam agroforestri agar penanaman lebih optimal.

"Kesemuanya ini bertujuan untuk meningkatkan keuntungan baik secara ekonomis maupun lingkungan, dengan menciptakan multiplier effect melalui peluang-peluang usaha turunan seperti aerowisata,” kata dia.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Epi Kustiawan menambahkan, sesuai dengan Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup hingga kini Jawa Barat memiliki lahan kritis hingga 901.017 hektare.

"Dari sekian itu ada sekitar 600 ribu hektare di luar kawasan hutan, sisanya ada sekitar 300 ribuan ada di kawasan hutan," papar dia.

Untuk itu, pemerintah provinsi Jawa Barat terus melakukan rehabilitasi lahan, sehingga luasan lahan kritis terus berkurang, berubah menjadi lahan produktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Saya di Karaha ini kerja sama dengan pertamina memberikan kontribusi sekaligus menanam pohon," ujar dia.

Dalam kesempatan itu diserahkan bantuan secara simbolis sebanyak 6.000 bibit pohon ganitri, 1.000 bibit alpukat jenis aligator, 12 kg bibit bunga matahari, serta 20 ton pupuk kandang kepada kelompok Tani Hutan Subur Makmur dan Kelompok Tani Hutan Wargi Saluyu.

 


Sekilas PGE Karaha

Area Manager PGE Karaha Andi Joko Nugroho memberikan bingkisan bibit tanaman kepada perwakilan petani binaan di sela-sela penghijauan di area produksi PGE Karaha. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan energi panas bumi dan merupakan bagian dari Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) PT Pertamina (Persero). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Karaha Unit I milik PGE dengan kapasitas 30MW telah beroperasi secara komersil pada 6 April 2018.

Perencanaan strategis program community development dilakukan melalui lima program yang menjadi pilar; (1) Petamina Cerdas, (2) Pertamina Sehat; (3) Pertamina Hijau; (4) Pertamina Berdikari. Khusus Program Pertamina Berdikari dan Pertamina Hijau, PGE Karaha meluncurkan Program BuMaLa.

Program ini merupakan tahap lanjut dari grand desain program CSR PGE Area Karaha, Program Jalipesah (Penghijauan Lingkungan dan Pengelolaan Sampah) yang sudah diterapkan sebelumnya. Program ini sekaligus merupakan solusi terhadap pemasalahan sampah rumah tangga yang selalu menjadi kendala lingkungan. Sebagaimana diketahui, sampah organik merupakan sumber pakan utama maggot.

Sepanjang tahun 2020 CSR PGE Karaha fokus pada program pemberdayaan masyarakat yang diharapkan mampu mewujudkan pengembangan sumber daya manusia, sekaligus penguatan ekonomi usaha kecil  dan menengah bagi masyarakat di ring 1 PGE Area Karaha dengan mengoptimalkan potensi sumber daya lokal sebaik mungkin.

Program BuMala ini yang dluncurkan pada Agustus 2020 telah diikuti sekitar 300 peserta terbagi dalam 30 kelompok yang merupakan warga desa ring 1 PGE Area Karaha. Saat ini kolam azola dan kandang lalat Black Soldier Fly /BSF (belatung Maggot) telah banyak ditemui di pekarangan, bahkan telah menjadi pakan aternatif bagi ternak warga.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya