Sucor Sekuritas Sebut Harga IPO Bukalapak Rp 850 Menarik, Ini Alasannya

Dalam laporan PT Sucor Securitas menyebutkan, valuasi Bukalapak menarik pada harga IPO Rp 850 per saham dengan memakai pendekatan perhitungan memakai EV/GMV dan juga EV/Gross Profit.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Agu 2021, 20:20 WIB
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk akan mencatatkan saham perdana pada Jumat, 6 Agustus 2021. Di tengah rencana pencatatan saham tersebut, PT Sucor Sekuritas mempertahankan pandangan mengenai harga saham Bukalapak paling menarik di antara perusahaan sejenis di negara lainnya.

Bukalapak menawarkan saham sebanyak 25.765.504.800 lembar saham dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Harga IPO Rp 850 per saham. Perseroan telah menggelar masa penawaran umum pada 27-30 Juli 2021.

Dalam laporan PT Sucor Securitas pada 4 Agustus 2021 yang bertajuk alternative view for Bukalapak menyebutkan, valuasi Bukalapak menarik pada harga IPO Rp 850 per saham dengan memakai pendekatan perhitungan memakai EV/GMV dan juga EV/Gross Profit. Harga saham Bukalapak pun lebih murah dengan memakai penghitungan EV/GMV.

Adapun EV/GMV ini merupakan perhitungan enterprise value (EV) dibagi gross merchandise value (GMV). Sementara itu, EV/gross profit, EV dibagi laba kotor. EV merupakan nilai kapitalisasi ditambah utang kepada bank dikurangi uang kas. Sedangkan GMV berdasarkan Investopedia, akumulasi nilai pembelian dari pengguna melalui situs. Hal ini memperhitungkan termasuk transaksi yang batal.

Belum lagi metrik pilihan Bukalapak memakai perhitungan total processing value (TPV). Perhitungan ini mencatat transaksi yang sudah diproses. Atau nilai pemprosen total yang artinya volume rupiah dari pembelian terbayar yang difasilitasi oleh platform perseroan, termasuk di dalamnya produk fisik dan virtual. Perhitungan memakai TPV ini dinilai lebih akurat.

Berdasarkan perhitungan EV/GMV, nilai Bukalapak 0,75 kali. Angka itu menarik di antara perusahaan sejenis, perhitungan itu memakai TPV, dan bukan GMV. Jika mencoba menghitung perbandingan dengan memakai GMV asli, dengan asumsi GMV Bukalapak 1,25 kali TPV, rasio EV/GMV akan turun lebih rendah lagi menjadi 0,60. Analis PT Sucor Sekuritas Jimmy Paulus menuturkan, sama seperti asumsi perhitungan konvensional semakin rendah semakin bagus. Hal ini juga berlaku untuk memakai penghitungan EV/GMV. Jimmy menuturkan, perusahaan sejenis ada yang mencatat EV/GMV di atas satu.

"EV/GMV Bukalapak 0,75 dibandingkan peers (Bukalapak-red) paling murah dan menarik. Peers ini Sea Limited, Jumia, dan Coupon dari Korea Selatan. Ini memakai asumsi TPV USD 6 miliar pada 2020 dan harga Rp 850. EV/GMV Bukalapak 0,75 menggunakan TPV, memakai EV/GMV akan lebih murah lagi dengan asumsi GMV 1,25 kali dari TPV, secara valuasi dan potensi menarik,”ujar Analis PT Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (5/8/2021).

Laporan Sucor Sekuritas menyebutkan, Bukalapak memperkirakan ada perbedaan sekitar 30 persen antara GMV dan TPV (akun GMV lebih tinggi). Bukalapak memakai TPV untuk perbandingan EV/GMV.

Sucor Sekuritas mengatakan, meski perhitungan TPV dan GMV menjadi metrik paling terkenal dalam penghitungan kinerja e-commerce, GMV dan TPV mungkin bukan representasi sebenarnya pendapatan perusahaan, ini tergantung pada model bisnis dari e-commerce.Dalam e-commerce seperti Bukalapak pendapatan dari tingkat komisi dari TPV.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Memakai Perhitungan EV/Gross Profit

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Sucor Sekuritas pun memakai perhitungan EV/gross profit untuk hitung valuasinya dibandingkan EV/sales. Hal ini melihat ada perbedaan model bisnis antara setiap e-commerce.

PT Sucor Sekuritas mencontohkan dengan memakai data pendapatan dari Sea Limited untuk menggambarkan bagaimana memiliki sumber pendapatan berbeda. Hal ini juga mempertimbangkan marketplace yang juga popular dan memakai model penjualan langsung. Sea Limited mencatat sumber pendapatan terbesar dari digital entertainment, kemudian disusul e-commerce dan penjualan barang.

“Contoh seperti sea group yang lebih dari setengah itu segmen digital entertainment. Jadi kami memakai EV/gross profit dan baik dari EV maupun gross profitnya kita hitung berdasarkan segmen e-commerce saja,” kata dia.

Meski EV/gross profit Bukalapak berada dalam posisi tengah-tengah  dengan angka 52,11di antara peersnya yaitu Jumia, Mercadolibre, Shopify Inc dan Sea Limited, Sucor Sekuritas melihat Bukalapak masih menarik. Hal ini lantaran Sucor Sekuritas melihat masih banyak ruang untuk perbaikan Bukalapak dengan tingkat komisi yang didapatkan untuk fasilitas transaksi platformnya 1,26 persen lebih kecil dibandingkan rekan-rekannya.

Sucor Sekuritas melihat tingkat komisi itu akan naik apalagi Bukalapak akan terus membangun layanan tambahan di sekitar mitra yaitu logistik.


Mitra Bukalapak Jadi Potensi Besar

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Bukalapak juga dinilai telah berhasil membangun pasar sendiri melalui Mitra Bukalapak. Sucor Sekuritas mengharapkan Mitra Bukalapak ini sebagai bagian yang berbeda sehingga menghindari perang bakar uang antar pemain e-commerce.

"Bukalapak fokus ke market melalui online to offline (O2O) lewat Mitra Bukalapak. Kompetisi di market place ini bakar uang. Bakar uang untuk jangka panjang ini tidak sehat. Bukalapak fokus O2O, potensi market O2O UMKM sangat besar. Mereka juga first mover dan punya pangsa pasar terbesar,” ujar dia.

Berdasarkan catatan Sucor Sekuritas,e-warung player total 39 persen dari pangsa pasar, dan Mitra Bukalapak tercatat 6,9 juta yang berkontribusi di atas 27 persen dari TPV Bukalapak pada 2020.

Sucor Sekuritas melihat risiko persaingan tetap tinggi seperti Tokopedia dan Shopee yang telah meluncurkan model serupa. Akan tetapi, pihaknya mengharapkan pengguna tidak mudah pindah lantaran tingkat retensi yang tinggi.

Selain itu, program Mitra Bukalapak memiliki keunggulan sebagai penggerak pertama dan punya pangsa pasar terbesar dengan menawarkan layanan inklusi keuangan yang lebih terdiversifikasi dengan platform.

"Join Mitra Bukalapak pendapatan naik 300 persen, dengan 30 persen dari produk Mitra Bukalapak, jadi meski ada pesaing, sebagai first mover dan punya pangsa pasar terbesar tidak langsung goyah," kata dia.

Bukalapak juga telah memberikan pijakan kuat di daerah luar tier 1. Bukalapak sebelumnya pernah mengatakan transaksi e-commerce masih terpusat di kota besar di Indonesia antara lain di Surabaya, Bandung, Medan, Semarang dan Jakarta. Oleh karena itu, Bukalapak melihat potensi besar di luar kota besar.

"Bukalapak juga diunggulkan dari user di luar daerah. Ke depan dengan ada kolaborasi Grab dan Emtek in tentu baik untuk Bukalapak, meningkatkan potensi UMKM," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya