Liputan6.com, Surabaya - Suwarni, wanita 68 tahun asal Surabaya, mengaku terpanggil untuk menjadi relawan perawat jenazah Covid-19. Tanpa pikir panjang, dia langsung menerima tawaran tersebut lantaran empati untuk bisa menolong jenazah Covid-19.
Setiap ada kiriman jenazah yang datang, ia pun bergegas menyiapkan kebutuhan dan memandikan jenazah hingga bersih di dalam ruangan yang dibuat secara portabel selama 35 menit. Jenazah Covid-19 tetap di mandikan bersih dishampo dan disabun.
Advertisement
"Kita tidak meminta Covid-19 itu ada, dan kita sebenarnya tidak mau ada hal seperti ini. T api ya kita harus jalani, saya tidak berpikiran negatif atau takut tertular, yang ada dalam pikiran saya adalah rasa empati, kasihan mereka ini kalau tidak disucikan. Saya sudah tua menjalani seperti ini juga bagian dari ibadah," ujarnya di blok krematoriun Keputih, Surabaya, Kamis (5/8/2021).
Dia mengaku harus menggunakan dobel Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, dan masker setiap akan merawat jenazah Covid-19. Menurutnya, tidak ada bedanya merawat jenazah biasa dengan yang terpapar Covid-19.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Covid-19 Bukan untuk Ditakuti
"Kalau untuk yang beragama Islam sama saja, yang beda hanya ditambah dengan plastik, itu juga sama dengan yang Nasrani," ucapnya.
"Jika dibilang panas ya panas tapi kita tetap harus menjalani dan setiap hari saya harus bawa tiga baju ganti karena setiap selesai merawat saya harus cuci tangan dan kaki dan mandi ganti pakaian," ujar Suwarni.
Suwarni menegaskan, Covid-19 ini bukan untuk ditakuti karena terjadinya bukan hanya di Indonesia saja melainkan di seluruh dunia. "Tentunya musibah ini adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa," ucapnya.
"Kita juga harus intropeksi diri dan lebih banyak berempati dan ibadah, saling bantu dengan sesama serta wajib menolong orang yang kesusahan," ujar Suwarni.
Advertisement