Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menghentikan sementara perdagangan (suspensi) efek PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) di seluruh pasar terhitung sejak sesi I perdagangan Jumat, (6/8/2021).
BEI suspensi efek RMBA seiring surat PT Bentoel Internasional Investama Tbk (Perseroa) Nomor: 040/BINI-IDXOJK/DSU/VII/2021 tanggal 5 Agustus 2021 perihal Permohonan Suspensi Perdagangan Saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), Perseroan menyampaikan rencana untuk melakukan go private dan voluntary delisting kepada Bursa.
Advertisement
“Sehubungan hal tersebut Bursa memutuskan untuk melakukan penghentian sementara Perdagangan Efek Perseroan di seluruh Pasar terhitung sejak sesi I Perdagangan Efek hari Jumat, 6 Agustus 2021 hingga pengumuman lebih lanjut,” demikian mengutip keterbukaan informasi BEI yang diteken Kepala Divisi Penilaian Perusahaan I Adi Pratomo Aryanto dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan Irvan Susandy.
Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan khususnya yang berhubungan dengan rencana perseroan untuk melakukan go private dan voluntary delisting.
PT Bentoel International Investama Tbk mencatatkan saham perdana pada 5 Maret 1990. Perseroan telah menjadi perusahaan tembakau terbesar keempat di Indonesia, demikian mengutip laman Bentoel, Jumat, (6/8/2021).
Perseroan didirkan pada 1930 oleh Ong Hok Liong dengan nama Strootjes Fabriek Ong Hong Liong. Perseroan memproduk merek lokal ternama seperti Bentoel Biru, Tali Jagat, Bintang Buana, Sejati, Neo Mild, dan Uno Mild.
Bentoel telah menjadi bagian dari British American Tobacco (BAT) Group. BAT merupakan perusahaan tembakau global dengan jaringan lebih dari 180 negara. Dengan demikian, perseroan memiliki merek global Dunhill dan Lucky Strike dalam portofolionya.
Kegiatan usaha kelas dunia Perusahaan meliputi riset dan pengembangan, pemrosesan daun tembakau dan cengkih, manufaktur produk tembakau, termasuk pemasaran dan distribusinya. Perseroan menyatakan sedang transformasi bisnis tembakau untuk menambahkan dan memberikan konsumen lebih banyak pilihan, inovasi dan produk yang berpotensi mengurangi risiko.
“Pelaksanaan kegiatan-kegiatan ini didukung oleh lebih dari 4.000 karyawan di seluruh Indonesia,” tulis perseroan
Pada 2019, Perseroan telah melakukan ekspor ke 20 negara tujuan, yang nilainya mencapai Rp2,7 triliun.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Keuangan
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan mencatat penjualan Rp 2,22 triliun pada kuartal I 2021. Angka ini turun 47,86 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,07 triliun.
Beban pokok penjualan turun dari Rp 3,57 triliun pada kuartal I pertama yang berakhir 31 Maret 2020 menjadi Rp 1,96 triliun pada 31 Maret 2021. Laba kotor susut 63 persen dari Rp 501,15 miliar pada kuartal I 2020 menjadi Rp 259,55 miliar pada kuartal I 2021.
Beban perseroan tercatat turun dari Rp 475,42 miliar pada kuartal I 2020 menjadi Rp 210,54 miliar pada kuartal I 2021. Perseroan mencatat kenaikan keuntungan lainnya dari Rp 917 juta menjadi Rp 7,41 miliar pada kuartal I 2021.
Laba usaha naik 161,73 persen menjadi Rp 49,01 miliar pada kuartal I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 25,73 miliar. Perseroan dapat menekan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 20,27 miliar pada kuartal I 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 43,29 miliar.
Tercatat total liabilitas dan ekuitas turun dari Rp 12,46 triliun pada Desember 2020 menjadi Rp 11,47 triliun pada kuartal I 2021. Total aset tercatat Rp 11,47 triliun. Perseroan kantongi kas Rp 284,18 miliar pada kuartal I 2021.
Advertisement
Gerak Saham RMBA
Pada penutupan perdagangan Kamis, 5 Agustus 2021, saham RMBA naik 5,52 persen ke posisi Rp 306 per saham. Saham RMBA dibuka stagnan Rp 290 per saham.
Saham RMBA berada di level tertinggi Rp 310 dan terendah Rp 280 per saham. Total frekuensi perdagangan 116 kali dengan volume perdagangan 6.949. Nilai transaksi Rp 201,7 juta.