Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bukalapak Tbk (BUKA) mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) saat bookbuilding. Sehingga Bukalapak telah menambah porsi pooling allotment bagi investor ritel dari semua 2,5 persen ke 5 persen dari total pemesanan yang tersedia.
Tercatat jumlah pemesanan yang tinggi melalui metode pooling dan allotment mencapai sekitar Rp 4,8 triliun. Oleh karena itu, nilai dari saham yang dialokasikan untuk porsi pooling allotment bagi investor ritel naik, dari yang sebelumnya Rp 547,5 miliar menjadi sekitar Rp 1,1 triliun.
Advertisement
"Walaupun IPO berlangsung ketika pandemi tapi minat terhadap saham Bukalapak masih tinggi. Hal ini mencerminkan kepercayaan terhadap Bukalapak yang fokus pada pemberdayaan UMKM," ujar Presiden Direktur Bukalapak.com Rachmat Kaimuddin dalam keterangan tertulis, Jumat (6/8/2021).
Plt. Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silva Halim mengatakan, ketika pooling terjadi oversubscribed hingga 8,7 kali. Hal itu membuat porsi ritel kemudian ditambahkan.
“Tercatat bahwa penawaran saham Bukalapak melalui metode pooling mengalami kelebihan permintaan sekitar 8,7 kali lipat dengan pemesanan hampir 100.000 investor,” beber Silva.
Head of Global Banking for Southeast Asia and India Ubs menambahkan, IPO Bukalapak telah didukung oleh investor blue-chip global serta domestik.
Artinya, IPO ini menunjukkan perusahaan teknologi Asia Tenggara dapat mencapai valuasi premium untuk bertumbuh dengan permintaan yang signifikan. Serta menciptakan platform bagi perusahaan lain agar memiliki penawaran yang besar dan sukses untuk dicatatkan di BEI atau Bursa efek regional lainnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harapan BEI
Sementara itu, Direktur Bursa Indonesia Inarno Djajadi berharap langkah BUKA menjadi perusahaan publik dapat diikuti oleh perusahaan teknologi lainnya.
"Kami berharap langkah Bukalapak diikuti oleh perusahaan teknologi lain sehingga bisa meningkatkan kapitalisasi pasar modal Indonesia," pungkas Inarno.
Advertisement