Liputan6.com, Jakarta Kondisi eksisting dan berbagai program strategis dalam dalam sektor energi, seperti pembangkit on grid eksisting terdiri dari pembangkit listrik tenaga gas, uap, air, sampah, matahari, dan biofuel, hingga mikrohidro disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum.
Hal tersebut ia sampaikan dalam rakor Pengawasan Capaian Bauran Energi Daerah Tahun 2019 dan 2020 bersama Dewan Energi Nasional (DEN) secara virtual, dari Rumah Singgah Wakil Gubernur, di Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (5/8/2021).
Advertisement
Pak Uu menjelaskan bahwa dari seluruh pembangkit yang ada di Jawa Barat dapat dibangkitkan sebesar 7.488,7 megawatt (MW). Sesuai dengan estimasi yang digunakan maka pembangkit-pembangkit tersebut dapat menghasilkan energi sebanyak 535,10 MBOE pada tahun 2020.
"Adapun pembangkit lainnya yakni PLTS atap dengan total pembangkitan sebesar 6,14 MW atau dapat menghasilkan energi sebesar 0,09 MBOE setiap tahunnya," ujarnya.
Pemda Provinsi Jawa Barat pun, jelasnya, telah membangun infrastruktur EBT offgrid berupa pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dari tahun 2001 hingga pembangunan terakhir pada tahun 2014.
Sehingga total pembangkitan PLTS 0.05 MW yang setiap tahunnya dapat menghasilkan energi sebesar 782.90 BOE dan PLTMH sebesar 2,91 MW yang per tahun dapat menghasilkan energi sebesar 41.611,86 BOE.
Adapun pasokan energi di sektor transportasi hingga saat ini, kata Pak Uu, masih didominasi energi fosil dan terus meningkat. Pada tahun 2017 total konsumsi mencapai 138,81 MBOE dan pada tahun 2020 mencapai 247,85 MBOE.
Sementara konsumsi gas alam PSO dari tahun 2015 sampai tahun 2020 terus meningkat setiap tahunnya, di mana pada tahun 2015 konsumsi gas PSO mencapai 1,18 juta MT atau 8,69 MBOE dan meningkat hingga 7,56 juta MT atau 55,47 MBOE pada tahun 2020.
"Pembangunan biogas di Provinsi Jawa Barat dimulai dari tahun 2006 hingga terakhir yang dibangun pada tahun 2019. Pembangunan tersebar di 14 kab/kota dengan total 2014 infrastruktur terbangun masing-masing 4 m3 untuk biogas individual dan total 112 infrastruktur terbangun masing-masing 10m3 untuk biogas komunal," katanya.
"Sedangkan di kabupaten kuningan terdapat fasilitas biogas komunal dengan kapasitas 100 m3. Ada pula tahun 2020 disimpulkan biogas mampu menghasilkan 902,21 MBOE," tambah dia.
Sementara itu, Pak Uu juga menyebutkan total bauran energi Jabar tahun 2020 sebesar 839.98 MBOE. Data tersebut diperoleh dari penyediaan BBM dan LPG sebesar 303.32 MBOE, penyediaan EBT non Listrik sebesar 0.9 MBOE serta input energi PLT setempat sebesar 535.76 MBOE.
"Adapun data penyediaan gas bumi dan penyediaan batu bara tidak dapat ditampilkan dikarenakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak memiliki kewenangan untuk mengelola data tersebut, namun menggunakan baseline data yang berasal dari Kementerian ESDM," pungkasnya.
Pak Uu memaparkan konsumsi listrik di tahun 2020 adalah sebesar 49,882,909,643,00 miliar KWh. Dengan konsumsi di beberapa sektor seperti sektor sosial 1,142,953,130,00 miliar KWh, lalu di sektor rumah tangga 20,680,168,951,00 miliar KWh, sektor bisnis 5,540,243,775,00 miliar KWh, kemudian sektor industri 21,427,969,827,00 miliar KWh, dan sektor lainnya 1,091,573,960,00 miliar KWh.
Terkait infrastruktur rencana, Pemda Prov Jabar berencana untuk membangun PLTS atap untuk sekolah di 173 SMA/SMK Negeri dengan total kapasitas sebesar 9,61 MWp.
Adapun pembangkit offgrid di antaranya pembangkit listrik mikrohidro (PLTMH) DAS Cisaar 181.35 Kw, PLTMH DAS Ciwulan 4273 Kw, PLTMH DAS Cibareno 1674.2 Kw, PLTMH DAS Cikarokrok 500 Kw, PLTMH DAS Cipasarangan 72.2 Kw, PLTMH DAS Cisadea 700.1.
Kemudian PLTMH DAS Cibuluh 454.9 Kw, PLTMH DAS Cimaragang 115.77 Kw, PLTMH DAS Cikaso 61.35 Kw, dan PLTMH Urban Renewable Energy 46 Kw, hingga total 8078.87 Kw.
(*)