Liputan6.com, Jakarta - Cemas akibat COVID-19 yang disebabkan virus Corona mengakibatkan masalah insomnia jadi meningkat.
Direktur Pusat Medis Epilepsi Komprehensif di NYU Langone Health, Alcibiades Rodriguez MD, menyebut, berdasarkan laporan terbaru Express Scripts diketahui bahwa penggunaan obat anti-insomnia, anti-kecemasan, dan antidepresan melonjak selama pandemi COVID-19.
Advertisement
Padahal, kondisi tersebut sempat menurun selama empat tahun berturut-turut, sejak 2015 hingga 2019.
“Situasi COVID-19 belum pernah terjadi sebelumnya dalam hidup kita. Ini memengaruhi semua orang sepanjang waktu,” ujar Alcibiades dikutip dari situs Health pada Sabtu, 7 Agustus 2021.
Dia, mengatakan, hal ini terjadi karena sebagian besar berfokus pada hal-hal negatif, sehingga tingkat kecemasan tinggi serta menyebabkan tidur terfragmentasi atau jadwal tidur yang tidak biasa.
Simak Video Berikut Ini
Virus Corona Membuat Orang Jadi Susah Tidur
Di tempat lain, peneliti dari Turner Institute for Brain and MentalHealth di Monash University, Australia, dr Melinda Jackson dan tim turut melakukan penelitian yang secara khusus membahas gejala insomnia selama pandemi COVID-19.
Menurut Jackson, pandemi COVID-19 memiliki dampak ekonomi, kesehatan, dan sosial yang sangat besar. Semuanya dapat memengaruhi cara tidur seseorang.
Hasil awal menunjukkan bahwa mereka yang kebiasaan tidurnya memburuk dan kecemasan yang meningkat, terkait dengan kekhawatiran tentang kesehatan dan orang yang dicintainya bersama dengan kesulitan keuangan dan kehilangan pekerjaan mungkin menjadi faktor utama.
“Terisolasi di rumah juga dapat berdampak pada rutinitas kita yang biasa. Misalnya, sangat penting untuk konsisten dengan waktu bangun Anda, tetapi ini tidak berlaku ketika kita tidak harus bangun untuk perjalanan pagi setiap hari lagi," katanya.
Advertisement
Pemicu Insomnia
Dokter Sleep Medicine di Virginia Mason Medical Center Seattle dan penulis Sleep Through Insomnia, Brandon Peters Mathews MD, mengatakan, hubungan antara stres dan masalah tidur memang kompleks, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa stres memengaruhi berbagai neurotransmiter yang memengaruhi otak.
“Peningkatan kortisol yang meningkat sebagai bagian dari respons stres, bahan kimia ini dapat menggeser keseimbangan tidur-bangun di otak, yang dapat meningkatkan fragmentasi tidur dan menyebabkan insomnia (kebiasaan sulit tidur atau ketidakmampuan untuk tidur) dan peningkatan mimpi," katanya.
Sementara itu, Rodriguez mengatakan bahwa insomnia sering terjadi dalam keluarga, tetapi juga terkait erat dengan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan.
“Pandemi dapat memperburuk insomnia pada pasien yang sudah menderita, atau memicu insomnia baru pada orang lain. Selain kecemasan terkait virus Corona, perubahan mendadak dalam aktivitas sehari-hari dan jarak sosial dapat berkontribusi pada perubahan tidur," ujarnya.
Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19
Advertisement