Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kelompok bersenjata telah menewaskan sedikitnya 30 orang dalam serangkaian serangan di desa-desa di utara Burkina Faso. Kelompok tak dikenal itu menyerang desa-desa dekat kota Markoye sekitar tengah hari pada Rabu 4 Agustus.
Mereka kemudian juga menyerang pasukan keamanan yang menanggapi serangan itu, kata kementerian pertahanan negara itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera, Jumat (6/8/2021).
Baca Juga
Advertisement
Para korban termasuk 11 warga sipil, 15 tentara dan empat anggota milisi sipil yang didukung pemerintah. Lebih dari 10 penyerang juga tewas, kata pernyataan itu, seraya menambahkan militer telah menguasai kembali daerah tersebut.
Selain pembunuhan, ternak pun ikut dicuri dan properti dibakar.
Kementerian mengatakan daerah di mana serangan itu terjadi, "sekarang berada dalam kendali unit militer dan serangan balasan untuk menemukan penyerang sedang berlangsung baik di darat dan di udara."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belum Ada Pihak Bertanggung Jawab
Sebelumnya, seorang pejabat daerah dari pasukan sukarelawan bela diri (VDP) mengatakan serangan itu terjadi di wilayah administratif Sahel Burkina, menghantam desa Badnoogo, Bassian, Tokabangou dan Gadba dekat perbatasan Niger, dan distrik Pensa di tengah- wilayah utara.
“Beberapa jasad ditemukan,” kata anggota VDP, yang memerangi kelompok bersenjata bersama pasukan pertahanan dan keamanan Burkinabe. Salah satu anggota VDP termasuk di antara para korban, tambahnya
Tidak ada klaim tanggung jawab langsung atas serangan itu.
Sejak 2015, Burkina Faso telah berjuang untuk melawan serangan yang semakin sering dan mematikan dari kelompok-kelompok bersenjata yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS).
Serangan semacam itu, yang telah menewaskan sedikitnya 1.400 orang, pertama kali dimulai di utara dekat perbatasan negara itu dengan Mali, tetapi sejak itu menyebar ke wilayah lain, khususnya di timur, memicu krisis kemanusiaan besar.
Advertisement