Perusahaan Investasi Imingi Pekerja Bonus Rp 14,3 Juta Bila Sudah Divaksinasi Covid

Sebelum Vanguard memberikan bonusnya, pekerja harus membuktikan bahwa mereka sudah melakukan vaksinasi covid tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2021, 06:00 WIB
Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu perusahaan investasi terkenal dunia, Vanguard, akan membayar pekerjanya sebesar USD 1.000 (Rp 14,3 juta) bagi mereka yang sudah vaksinasi Covid-19. Sebelum perusahaan memberikan penawarannya, pekerja harus membuktikan bahwa mereka sudah melakukan vaksinasi Covid-19 tersebut pada Oktober.

Hal ini menjadi salah satu pendekatan berbeda yang dilakukan perusahaan AS untuk menggencarkan vaksinasi ketika Covid-19 varian Delta mulai melonjak di seluruh negara. Perusahaan seperti Microsoft dan Google juga mengimbau agar semua pekerja segera divaksinasi.

Perusahaan lainnya seperti Walmart dan Uber telah mengajukannya kepada manajemen, bukan kepada pekerja medis untuk vaksinasi. Sementara itu, Amazon dan Apple belum menetapkan kebijakan apa pun.

Melansir dari BBC, Selasa (10/8/2021), Vanguard yang memiliki sekitar 16.500 pekerja di AS mengatakan vaksin menjadi cara terbaik untuk menghentikan penyebaran COVID-19. Perusahaan tersebut sangat mendorong pekerjanya untuk melakukan vaksinasi.

“Oleh karena itu, kami menawarkan insentif vaksin untuk pekerja yang memberikan bukti vaksinasi COVID-19. Insentif ini menandai pekerja yang mau meluangkan waktunya untuk melindungi diri mereka sendiri, satu sama lain, dan komunitas dengan vaksinasi,” jelas seorang juru bicara Vanguard.

Pendekatan tersebut sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh BlackRock, perusahaan manajemen investasi lainnya. BlackRock melarang pekerja yang belum divaksinasi untuk masuk ke kantornya di AS, sejak Juli.


Lonjakan Kasus COVID-19 di AS

Orang-orang dengan masker berjalan di Grand Central Terminal, New York City, Selasa (27/7/2021). Warga Amerika yang divaksinasi penuh harus kembali memakai masker di dalam ruangan di daerah-daerah di mana virus corona dan terutama varian Delta menyebar dengan cepat. (Spencer Platt/Getty Images/AFP)

AS saat ini melihat adanya lonjakan infeksi COVID-19 baru setelah sebelumnya tidak lagi terlihat rata-rata kasus harian dalam beberapa bulan ini.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, sebuah pusat pengendalian dan pencegahan penyakit, mengumumkan agar masyarakat menggunakan masker kembali di dalam ruangan, baik bagi masyarakat yang sudah divaksinasi maupun belum divaksinasi.

Selain itu, New York mengumumkan agar pengunjung dan pekerja di restoran, fitness, dan bisnis lainnya harus divaksinasi sebelum menggunakan layanan tersebut mulai September mendatang.

Diketahui tingkat vaksinasi pada AS mulai melambat sehingga memberi tekanan pada bisnis dan negara bagian untuk melakukan tindakan. Namun, beberapa serikat pekerja keberatan dengan vaksinasi dan merasa bahwa hal ini telah melanggar hak-hak pekerja mereka.

United Food and Commercial Workers International Union (Persatuan Buruh) mengkritik salah satu pengolah daging terbesar di AS, Tyson Foods, karena memaksakan persyaratan untuk melakukan vaksinasi ketika masih memiliki persetujuan darurat dari US Food and Drug Administration (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS).

Presiden Marc Perrone menjelaskan serikat pekerja akan bertemu dengan perusahaan selama beberapa minggu ke depan untuk memastikan bahwa hak-hak mereka dilindungi dan kebijakan ini diterapkan secara adil.

Reporter: Shania

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya