Telusuri Kebenaran Donasi Rp 2 Triliun, Polda Sumsel Temui Anak Akidi Tio di Jakarta

Tim Polda Sumsel menemui anak-anak mendiang Akidi Tio lainnya, yang tinggal di Jakarta, untuk mencari tahu kebenaran donasi Rp 2 triliun.

oleh Nefri Inge diperbarui 06 Agu 2021, 20:00 WIB
Keluarga mendiang Akidi Tio saat menyerahkan bantuan sebesar Rp 2 Triliun ke Polda - Pemprov Sumsel (Dok. Humas Polda Sumsel / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Kebenaran donasi fantastis sebesar Rp 2 triliun, yang akan diberikan keluarga mendiang Akidi Tio, masih ditelusuri oleh tim Polda Sumsel.

Kendati sudah beberapa hari memeriksa Heryanty, anak bungsu Akidi Tio di Kota Palembang, namun tim Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Sumsel, masih belum bisa memecahkan teka-teki donasi tersebut.

Hingga akhirnya, Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri membentuk tim khusus dengan menemui lima orang anak Akidi Tio lainnya, yang tinggal di Jakarta.

Diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi, tim tersebut bertugas menelusuri rekam jejak Heryanty dan kebenaran donasi fantastis tersebut.

“Hari ini tim berangkat ke Jakarta, untuk memeriksa keluarga dari saudara Haryanty di Jakarta,” ucapnya, Jumat (6/8/2021).

Menurutnya, Haryanty mempunyai enam orang saudara. Di mana, saudara pertama bernama Ahong, tinggal di Langsa Aceh Timur dan sudah meninggal dunia sekitar tahun 2009 lalu.

Lalu, lima orang anak Akidi Tio lainnya, memilih tinggal dan membangun bisnis di Jakarta. Sedangkan Haryanty sendirian yang masih tinggal di Kota Palembang Sumsel.

“dari mereka inilah, akan kita gali informasi kebenaran Rp 2 triliun,” katanya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kapolda Sumsel Minta Maaf

Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri (Dok. Humas Polda Sumsel / Nefri Inge)

Sebelumnya, Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia. Khususnya Kapolri, Pimpinan di Mabes Polri, anggota Polri, masyarakat Sumsel, tokoh agama dan tokoh adat termasuk Forkopimda Sumsel, Gubernur, Pangdam dan Danrem.

Dia mengakui kesalahan secara pribadi, karena tidak berhati-hati dalam memastikan donasi yang diproyeksikan untuk penanggulangan Covid-19 Sumsel. Yang dimandatkan kepadanya, sampai akhirnya menimbulkan kegaduhan.

"Kegaduhan yang terjadi dapat dikatakan sebagai kelemahan saya sebagai individu. Saya sebagai manusia biasa memohon maaf, Ini terjadi akibat ketidakhati-hatian saya," ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya