Liputan6.com, Jakarta - Berangkat dari misi mengungkap dampak industri kulit tradisional bagi Bumi, wirausaha sosial asal Indonesia, MYCL, memasarkan teroboan mereka berupa benang dari jamur yang dikenal sebagai miselium ke industri mode. Kali ini, MYCL bekerja sama dengan Doublet, merek streetwear fashion asal Jepang.
Menurut keterangan resmi pada Liputan6.com, Jumat, 6 Agustus 2021, koleksi ini debut di runway Paris Fashion Week, Juni lalu. Terkait bahan diklaim ramah lingkungan itu, lebih lanjut dijelaskan bahwa MYCL memanfaatkan sisa limbah jamur tiram.
Dengan sistem pengolahan mirip tempe, MYCL mengikat miselium dengan limbah pertanian, seperti sekam jagung dan serpihan kayu, lalu menumbuhkannya jadi bahan yang disebut Mylea. Bahan ini diklaim tahan api, tahan air dan fleksibel, bahkan dapat diubah jadi berbagai kreasi kulit imitasi eksperimental.
Baca Juga
Advertisement
Doublet pun mengganti kulit dalam koleksi fesyen mereka dengan Mylea. Dibanding kulit, Mylea dapat tumbuh jadi bahan seperti kulit dengan waktu lebih singkat dan konsumsi air lebih sedikit.
Selain itu, Mylea dijelaskan mengemisi karbon jauh lebih sedikit dan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya atau logam berat dalam proses pembuatannya. Hal tersebut meminimalisir risiko berbahaya, tidak hanya bagi lingkungan, tapi juga kesehatan manusia. Juga, "tidak ada hewan yang dirugikan selama proses tersebut."
Dengan konsep koleksi Spring/Summer 2022, MYCL dan Doublet ingin mengajak masyarakat berani menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan percaya diri akan selera fesyen mereka. Wirausaha sosial yang didirikan pada 2015 ini percaya bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kebutuhan akan Gaya Hidup Lebih Ramah Lingkungan
Co-founder MYCL Ronaldiaz mengatakan, "Penerapan gaya hidup lebih ramah lingkungan bukanlah sebuah tren, melainkan kebutuhan. Bukan Bumi yang membutuhkan kita, tapi kita membutuhkan Bumi."
"Dengan MYCL, kami mencoba menyelamatkan Bumi dengan menawarkan alternatif berkelanjutan melalui penggunaan serat jamur sebagai pengganti kulit hewani. Kami senang misi keberlanjutan lingkungan kami ini sejalan, bahkan mendapat dukungan dari institusi seperti Bank DBS," imbuhnya.
Pada 2016, Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation memberi dana hibah pada MYCL melalui program DBS Foundation Social Enterprise (SE) Grant. Dana tersebut mendukung pengembangan prototipe bio-material berkelanjutan rancangan MYCL.
Selain dana hibah, DBS Foundation juga memberi bimbingan pada MYCL untuk membantu mengatasi berbagai tantangan bisnis. Setelah berhasil mengembangkan prototipe kerja dan model bisnis yang dapat diskalakan, MYCL kembali dianugerahi dana hibah oleh DBS Foundation pada 2018.
Tujuannya untuk mendukung rencana mereka dalam meningkatkan produksi dan menetapkan strategi kekayaan intelektual.
Advertisement
Ciptakan Dampak Positif Secara Sosial dan Lingkungan
Executive Director Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, "Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation senantiasa mendukung tumbuh kembang wirausaha sosial di Indonesia yang berusaha menyelesaikan permasalahan sosial dengan menciptakan dampak positif bagi lingkungan."
"Kami menyediakan dukungan melalui berbagai program, dari mentoring hingga dana hibah. Kami senang program, serta pembinaan yang kami lakukan dapat berkontribusi positif terhadap perkembangan MYCL," sambungnya.
Keterlibatan ini selaras dengan upaya inovasi pihaknya untuk jadi bank yang mengedepankan keseimbangan antara ekonomi, sosial, serta lingkungan. Salah satu implementasinya, yakni "layanan perbankan yang terdepan dan terpercaya, serta dikurasi sesuai kebutuhan nasabah seiring perkembangan teknologi."
Bank DBS Indonesia juga menginisiasi gerakan "Towards Zero Food Waste" dalam kampanye #MakanTanpaSisa. Tujuannya untuk mengedukasi, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengurangi dan mengelola sampah makanan.
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Advertisement