Liputan6.com, Bandung Barat - Tim Sapu Bersih Pungut Liar (Saber Pungli) Provinsi Jawa Barat menemukan menemukan adanya indikasi pemalsuan kualitas beras, serta bahan lainnya dalam bantuan sosial Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pemerintah di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Dalam investigasi yang dilakukan tim saber pungli, ditemukan fakta buruknya kualitas beras, termasuk telur yang diduga dijual melebihi harga pasar.
Ketua Tim Tindak Saber Pungli Polda Jabar AKBP Zul Azmi mengatakan setelah menemukan fakta di lapangan hasil investigasi, lembaganya segera melakukan pendalaman terhadap dugaan penyimpangan Program BPNT di KBB tersebut.
“Untuk memastikan supaya program BPNT lebih tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat harga, tepat kualitas dan tepat administrasi,” kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Menurutnya, program BNPT yang diberikan pemerintah, harus memperhatikan petunjuk dan teknis yang telah ditetapkan, sehingga seluruh barang yang diterima keluarga penerima manfaat (KPM) sesuai dengan aturan.
“Jangan sampai ditemukan korupsi yang berpotensi menimbulkan kerugian negara yg sangat besar ini akibat banyaknya oknum yang bermain,” kata dia.
Dengan terbongkarnya kualitas buruk beras tersebut, Zul meminta aparat penegak hukum segera melakukan penyelidikan di lapangan. “Dengan adanya temuan-temuan ini diharapkan KPK dan Mabes Polri turun melakukan penertiban,” pinta dia.
Sebelumnya, dalam investigasi yang dilakukan tim Sauber pungli Provinsi Jawa Barat menemukan sejumlah kecurangan dalam pengadaan barang program BPNT di wilayah KBB.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Buruk Tapi Mahal
Di sana, tim saber pungli menemukan buruknya kualitas sejumlah komoditas sembako yang diterima sejumlah agen di Kecamatan Ciburuy jauh dari ketentuan Pedoman Umum (Pedum) BPNT.
Ujang (bukan nama asli) salah satu agen penyalur program sembako BPNT, mengakui rendahnya kualitas beras dari CV.TKJ selaku suplier, padahal sesuai ketentuan harus beras premium. Sementara harga dibebankan tetap harga beras premium.
Kemudian, harga komoditas telur yang terbilang lebih mahal dibanding harga pasar. Saat ini harga eceran telur berada di kisaran Rp22,500 per kilogram, namun suplier justru menetapkan harga ke agen dan KPM di kisaran Rp28.000 -Rp29.000 per kilogram, yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Titin, Ketua RW setempat, mengakui buruknya komoditas beras yang diterima KPM. Menurutnya, warga terpaksa menerima sembako program BNPT itu, setelah ada penekanan dan pemaksaan pihak suplier.
Kondisi serupa ditemukan di beberapa agen Kecamatan Batujajar dan Cipongkor. Sejumlah agen mengeluhkan buruknya komoditas daging ayam yang dikirim CV. BR, dengan jumlah takaran yang hanya setengah kilogram.
Advertisement